Bangau tertawa licik, sadarlah Kepiting ... |
Cerita Hikmah : Bangau, Tujuh Ikan Mas, dan Kepiting
Kali ini saya ingin bercerita. Tentu cerita berikut bukan sekedar cerita, tetapi mengandung hikmah. Cerita ini berjudul Bangau, Tujuh Ikan Mas, dan Kepiting. Cerita ini adalah cerita yang pernah saya baca, tetapi saya lupa kapan. Mungkin ada sedikit perbedaan dengan cerita aslinya, tetapi pada intinya sama. Baiklah, sekarang kita simak ya ceritanya.
Dahulu kala, di sebuah danau yang sangat indah, hiduplah tujuh ekor ikan mas, seekor kepiting, dan seekor bangau yang saling bersahabat. Mereka selalu tolong-menolong jika ada di antara mereka yang membutuhkan bantuan. Mereka hidup rukun dan damai.
Akan tetapi kebahagiaan itu berakhir karena kemarau yang sangat panjang. Air danau yang dulu jernih, penuh makanan bagi semua binatang ini menjadi kering berlumpur. Tentu ketujuh ikan mas dan kepiting kesulitan. Jangankan mencari makanan, untuk bernapas saja ikan-ikan mas itu sangat kesulitan. Lumpur membuat insang mereka tidak dapat berfungsi dengan baik. Kepiting masih sedikit beruntung karena ia lebih dapat bertahan pada kondisi demikian.
Ketika keadaan semakin kritis, datanglah burung bangau sahabat mereka. Bangau memang tidak selalu ada di danau itu. Sering ia pergi berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan ke tempat-tempat lain. Melihat keadaan sahabat-sahabatnya, segera ia menawarkan bantuan. Katanya kepada ketujuh ikan mas dan kepiting,
“Maukan kalian kutolong untuk pergi dari tempat yang sudah seperti neraka ini?”
“Tentu saja” sahut ketujuh ikan mas serempak. Mereka sudah sangat tersiksa dengan mengeringnya air danau.
“Bagaimana caranya?” tanya Kepiting.
“Di sebelah sana, di balik gunung itu mengalir sungai yang airnya sangat bening. Selain itu, sungai itu penuh dengan makanan.” Kata Bangau sambil menunjuk ke arah sebuah gunung tinggi dan besar yang melatari danau di mana ikan-ikan mas dan Kepiting tinggal.
“Aku akan membawa kalian untuk pindah ke sana. Tidak akan lagi kalian mengalami bencana seperti sekarang.” Bangau yang sebenarnya sedang kelaparan itu tersenyum licik. Ia telah merencanakan sesuatu.
“Tapi ada tujuh ekor ikan mas dan seekor kepiting yang harus kamu pindahkan. Bagaimana mungkin?” tanya Kepiting.
“Gampang saja, aku akan memindahkan kalian satu per satu. Mungkin aku akan mulai dengan kalian dulu.” Kata Bangau sambil memandang kepada ketujuh ikan mas yang sedang sekarat itu.
“Baiklah jika demikian. Kawan kita, ikan-ikan mas perlu didahulukan. Bawalah dulu mereka.” Sahut Kepiting.
Maka demikianlah, Bangau mulai mengambil seekor ikan mas. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Paruhnya yang panjang dan kuat itu bisa saja melukai ikan mas. Ia tersenyum licik dan segera terbang. Ia terbang dengan sangat cekatan. Sesaat saja keduanya telah sampai ke sungai yang diceritakan oleh Bangau. Ikan mas itu gembira sekali. Akan tetapi ketika telah sampai di pinggir sungai, Bangau tertawa terbahak-bahak.
“Kalian memang bodoh. Sesungguhnya, aku telah mengambil keuntungan dari kesusahan kalian. Aku tidak akan melepaskanmu ke sungai itu. Tetapi aku justru akan memakanmu” kata Bangau.
Kaget sekali ikan mas itu mendengar kata-kata Bangau. Dengan perasaan sedih dan putus asa, ia berkata,
“Sungguh tega dirimu hai Bangau, menipu sahabat-sahabatmu sendiri.”
Bangau hanya tertawa. Ia membawa Ikan mas ke sebuah batu besar. Ia menyantap Ikan mas itu tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
Beberapa saat kemudian, Bangau telah kembali ke danau, ia kemudian mengambil seekor ikan mas lainnya. Tentu Bangau tidak mengantarkannya hingga ke air sungai, tetapi justru memangsanya di atas batu besar itu. Demikian seterusnya hingga ketujuh ekor ikan mas dimakan oleh Bangau.
Kini tibalah giliran Kepiting.
“Ayo kepiting, sekarang giliranmu. Naiklah ke punggungku.”
Kepiting segera naik. Ia gembira sekali. Ia akan segera berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, ketujuh ikan mas itu. Tetapi alangkah terkejutnya Kepiting ketika mereka tiba di atas batu besar di pinggir sungai. Ia mendapati banyak tulang-tulang ikan berserakan. ia kemudian bertanya kepada Bangau,
“Hai Bangau, tulang-tulang siapakah ini? Mengapa begitu banyak dan berserakan di sini?”
Bangau tertawa dengan jahatnya.
“Itu adalah tulang-belulang ketujuh ikan mas. Aku telah memakan mereka. Tahukah kamu Kepiting, bahwa sekarang adalah giliranmu untuk menjadi santapanku?”
Menyadari apa yang telah dan akan terjadi, dengan cepat Kepiting yang masih duduk di atas punggung Bangau menjepit leher Bangau yang jahat itu. Bangau menjerit-jerit dan melompat-lompat kesakitan. Bangau lupa jika Kepiting tidaklah selemah ketujuh ikan mas.
“Lepaskan leherku Kepiting. Bukankah kita bersahabat?” Kata Bangau sambil merintih-rintih.
“Kamu bukan sahabat Bangau. Kamu memanfaatkan kesusahan teman-temanmu. Itukah yang kamu namakan sahabat? Tidak ada ampunan untukmu Bangau!” Kepiting sangat marah.
Akhirnya, Bangau itu mati karena tidak bisa bernapas karena jepitan Kepiting yang sangat kuat. Ia roboh di antara tulang-tulang ketujuh ikan mas. Dengan sedih Kepiting berjalan menuju sungai. Ia telah kehilangan sahabat-sahabatnya.
HIKMAH CERITA
Janganlah mengambil keuntungan dari kesusahan orang lain, apalagi mereka adalah sahabatmu sendiri.Nah, demikian cerita hikmah kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalam.
No comments :
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar di http://novehasanah.blogspot.com
Komentar anda adalah apresiasi bagi kami, karena itu berkomentarlah dengan sopan.
Mohon untuk tidak meninggalkan link aktif pada kolom komentar.