Download Kisi-Kisi UN (Ujian Nasional) Tahun 2017 Lengkap Semua Jenjang

Download Kisi-Kisi Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2016/2017

Saat ini BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) telah mengeluarkan secara resmi Kisi-Kisi UN atau Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017 yang akan dilaksanakan sekitar bulan April tahun 2017 mendatang. Kisi-Kisi UN tahun 2017 ini dirilis oleh BsNP pada tanggal 24 Desember 2016 melalui situs resminya di bnsp-indonesia.org.

Dalam rilis tersebut diberikan Surat Edaran (SE) BSNP - Badan Standar Nasional Pendidikan nomor 0075/SDAR/BSNP/XII/2016 tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017. Surat edaran dan seluruh kisi-kisi UN tahun pelajaran 2016/2017 ini telah disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama di seluruh Indonesia pada tanggal 23 Desember 2016 yang lalu.

Bersama surat edaran tersebut BSNP juga memberikan link untuk mendownload Kisi-Kisi UN tahun pelajaran 2016/2017 tersebut meliputi:
  • Kisi-Kisi UN SMP/MTs tahun 2017
  • Kisi-Kisi UN SMA/MA, Sekolah Teologi Kristen, dan Sekolah Menengah Agama Katolik Tahun Pelajaran 2016/2017.
  • Kisi-Kisi UN SMK/MAK tahun pelajaran 2016/2017
  • Kisi-Kisi UN SMALB Ketunaan Netra/Daksa/Laras, SMALB Ketunaan Rungu Tahun Pelajaran 2016/2017
  • Kisi-Kisi UN Program Paket B dan Paket C Tahun Pelajaran 2016/2017.
Link Download Dokumen-dokumen tersebut diberikan diakhir tulisan ini.

Silakan download Kisi-Kisi UN (Ujian Nasional) Tahun Pelajaran 2016/2017 langsung dari situs resmi BSNP
Download Kisi-Kisi UN 2017 Lengkap Semua Jenjang dari situs resmi BSNP

Sebelumnya, sebagaimana ramai menjadi perbincangan di berbagai media, bahwa Mendikbud sempat meminta Presiden untuk melakukan moratorium terhadap Ujian Nasional tahun 2017, dan telah pula diputuskan bahwa UN (Ujian Nasional) tetap dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan. Bahkan kabar terbaru adalah akan dilaksanakannya UABN (Ujian Sekolah Berstandar  Nasional untuk beberapa mata pelajaran).

Pada tahun 2017 nanti, di mana pelaksanakaan Ujian Nasional atau lebih sering disingkat sebagai UN ini akan dilaksanakan pada bulan April 2017.

Silakan bagi anda yang memerlukan dokumen-dokumen tersebut untuk mengunduhnya langsung dari website resmi BSNP berikut ini:

Cara Membuat Media Pembelajaran SD: Model Jam

Media Pembelajaran SD Sederhana dari Barang Bekas

Beberapa waktu yang lalu anak saya Alifa kesulitan belajar tentang materi jam (waktu). Saat ini dia sekolah di jenjang SD (sekolah dasar). Nah untuk mempermudah belajarnya, kami membuat media pembelajaran sederhana. Kebetulan di rumah ada bekas kotak sarung bapaknya. Ditambah beberapa bahan penunjang lainnya dan peralatan sederhana, jadilah media pembelajaran untuk SD berupa model jam tersebut.

Untuk menambah minat anak terhadap media pembelajaran sederhana dari barang bekas ini, kita dapat mengajak anak untuk membuatnya dengan bantuan. Karena mungkin untuk beberapa pekerjaan (langkah) mereka masih kesulitan atau berhaya tanpa pengawasan orang tua, apalagi pada anak-anak yang masih sangat mudah. Diharapkan media pembelajaran ini dapat benar-benar membantu mereka membaca jam berdasarkan jarum-jarum yang dapat diputar-putar itu.

Nih lihat, bangganya Alifa menunjukkan model jam yang dibuatnya.

Beberapa waktu yang lalu anak saya Alifa kesulitan belajar tentang materi jam (waktu). Saat ini dia sekolah di jenjang SD (sekolah dasar). Nah untuk mempermudah belajarnya, kami membuat media pembelajaran sederhana. Kebetulan di rumah ada bekas kotak sarung bapaknya. Ditambah beberapa bahan penunjang lainnya dan peralatan sederhana, jadilah media pembelajaran untuk SD berupa model jam tersebut.
Alifa dan media pembelajaran sederhana model jam dari barang bekas

Alat dan Bahan

Adapun alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat media pembelajaran jam sederhana seperti gambar yang ditunjukkan Alifa di atas adalah sebagai berikut:

Alat

Adapun alat-alat yang digunakan untuk membuat media pembelajaran jam sederhana ini adalah:
  • gunting
  • lem tembak
  • cutter atau pisau
  • spidol
  • piring atau benda berbentuk lingkaran lainnya

Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media pembelajaran jam sederhana ini adalah:
  • Kotak bekas kemasan sarung
  • Batang plastik lem tembak
  • lem kertas
  • Kertas karton berwarna

Cara Membuat Media Pembelajaran SD: Model Jam

  • Ambil selembar kertas karton berwarna (Alifa menggunakan karton warna merah).
  • Kita akan menjadikannya piringan jam.
  • Gunakan piring dan spidol untuk membuat lingkaran, pastikan ukuran piring sesuai dengan ukuran kotak sarung yang digunakan (masuk di dalam kotak/diameternya sedikit lebih kecil dari panjang dan lebar kotak).
  • Perhatikan gambar. Alifa dapat melakukan langkah ini tanpa bantuan orang dewasa.
Gunakan piring dan spidol untuk membuat lingkaran, pastikan ukuran piring sesuai dengan ukuran kotak sarung yang digunakan (masuk di dalam kotak/diameternya sedikit lebih kecil dari panjang dan lebar kotak).
menggunakan piring untuk mencetak pola piringan jam

  • Hasilnya akan seperti gambar di bawah ini. Tampak sebuah lingkaran (walaupun tak sempurna).
cara membuat media pembelajaran sederhana dari barang bekas untuk anak sd
ini lingkarannya dengan pola piring tadi
  • Langkah selanjutnya adalah menggunting lingkaran tersebut, yang akan menjadi piringan media pembelajaran jam ini.
menggunting pola lingkaran untuk piringan media jam dari barang bekas
menggunting pola lingkaran untuk piringan jam
  • Jika lingkarannya sudah dipotong, langkah selanjutnya adalah menuliskan angka-angka pada piringan jam. Tetapi sebelumnya kita perlu membagi sama lingkaran itu menjadi 12 bagian sehingga ketika anak menuliskan angka-angka 1 sampai 12 itu berada pada posisi relatif tepat.
  • Caranya adalah dengan melipat-lipat lingkaran itu menurut garis tengahnya. Perhatikan cara alifa melipat piringan karton untuk melakukan ini.
lipat piringan untuk memudahkan membagi piringan menjadi 12 titik
lipat piringan untuk memudahkan membagi piringan menjadi 12 titik
  • Selanjutnya berilah titik-titik tempat nanti anak menuliskan angka 1 sampai 12 itu. Lihat gambar berikut. Acuannya adalah bekas lipatan-lipatan kertas. Ada 12 titik yang harus dibuat. Cara mudahnya, lipat beberapa kali supaya bisa menentukan titik dengan posisi yang cukup akurat.

menandai titik titik untuk angka jam dengan spidol
menandai titik titik untuk angka jam dengan spidol

  • Berikutnya, kita harus membuat jarum panjang dan jarum pendek. Jarum panjang untuk penunjuk posisi menit, sedangkan jarum pendek untuk penunjuk posisi jam. Gunakan warna yang berbeda untuk karton yang dipakai. Alifa menggunakan warna kuning untuk jarum panjang, sedang untuk jarum pendeknya ia lebih suka menggunakan warna pink.
membuat jarum jam dari kertas karton berwarna
membuat jarum jam dari kertas karton berwarna
  • Bentuk jarum jamnya tidak usah terlalu rumit ya. Perhatikan gambar berikut. Alifa membuat bentuk jarum yang sangat sederhana. 
  • Jika sudah dibuat, cobalah mencocokkan panjang kedua jarum dengan piringan jam, potong jika terlalu panjang, misalnya kalau ujung jarum menutupi angka pada piringan jam nantinya.

mencoba-coba mencocokkan ukuran panjang jarum jarum jamnya
mencoba-coba mencocokkan ukuran panjang jarum jarum jamnya

  • Langkah berikutnya adalah membuat lubang di tengah piringan jam. Caranya lipat kembali piringan jam sehingga tampak seperti gambar berikut, lalu potong bagian yang runcing pada lipatan itu.
melubangi tengah piringan jam untuk menempatkkannya pada poros jam
melubangi tengah piringan jam untuk menempatkkannya pada poros jam

  • Sekarang buka lipatan piringan. Lalu tulis dengan spidol angka-angka penunjuk jam dari 1 sampai 12. Hati-hati jangan sampai salah meletakkan angkanya. Ingat, angka 12 ada di posisi paling atas ya. Gunakan spidol untuk menuliskan angka ini pada piringan kertas.

menuliskan angka-angka pada piringan jam
menuliskan angka-angka pada piringan jam
  • Piringan jam, beserta kedua jarumnya sudah siap. Sekarang mengurus kotak bekas kemasan sarungnya.
  • Pada kotak kita akan membuat poros jam. Gunakan batangan lem tembak ukuran kecil. Potong dengan cutter atau pisau, panjangnya sekitar 2,5 cm. Hati-hati dan bantu anak anda jika ingin melakukannya sendiri seperti Alifa.

menyiapkan poros jam dari batangan plastik lem tembak
menyiapkan poros jam dari batangan plastik lem tembak
  • Berikutnya kita akan menempelkan batangan lem tembak tadi ke tengah-tengah kotak sarung untuk menjadi poros jam. Bantu anak melakukannya karena di sini kita menggunakan lem tembak (hot glue gun) yang dipanaskan. Cairan lem yang meleleh dan ujung pistol lem sangat panas dan dapat membuat luka bakar jika terkena kulit. Berhati-hatilah.

menempelkan poros jam pada kotak sarung
menempelkan poros jam pada kotak sarung
  • Nah, jika poros jam dari batangan lem tembak sudah dipasang hasilnya akan tampak seperti gambar berikut.

nah..ini dia poros jam nya, sudah menempel dan beridiri tegak
nah..ini dia poros jam nya, sudah menempel dan beridiri tegak di tengah tengah kotak

  • Langkah selanjutnya adalah menempelkan piringan jam media pembelajaran kita. Gunakan lem kertas pada bagian belakang piringan yang telah dibuat (pada bagian yang tidak ditulisi angka). Berikan lem secukupnya pada pinggirin piringan dan beberapa bagian tengah agar kertas ini nantinya benar-benar menempel dengan kuat pada kotak sarung.

memberi lem pada belakang piringan jam untuk ditempelkan pada kotak sarung
memberi lem pada belakang piringan jam untuk ditempelkan pada kotak sarung

  • Pasang piringan pada kotak. Posisikan sedemikian rupa sehingga angka 12 ada di bagian yang akan menjadi bagian atas media belajar jam ini. Perhatikan Alifa menempelkan piringan pada kotak sarung pada gambar berikut.
menempelkan piringan jam, awas ... angka 12 di atas ya
menempelkan piringan jam, awas ... angka 12 di atas ya

  • Berikutnya lubangi pangkal dari kertas-kertas yang akan difungsikan sebagai jarum panjang dan jarum pendek dengan gunting. Buatlah lubang yang sedikit lebih kecil dari diameter batangan lem tembak (poros jam).
  • Masukkan kedua jarum jam ke porosnya seperti gambar di bawah ini.

memasang jarum-jarum jam pada porosnya, dan jam siap dipakai untuk belajar
memasang jarum-jarum jam pada porosnya, dan jam siap dipakai untuk belajar

Nah, jika sudah dipasang, maka media pembelajaran sederhana dari barang bekas berbentuk jam jam-an mainan ini sudah bisa dipakai.

Tips Menggunakan

  • Mulailah dengan mengajarkan jam pada posisi tepat pukul 1, pukul 2, dan seterusnya yang ditunjukkan dengan jarum panjang di angka 12.
  • Lanjutkan dengan jam pada posisi lewat 30 menit.
  • Barulah jika anak paham, dapat dilanjutkan dengan mengajar mereka membaca jam pada posisi pukul berapapun.
Demikian cara membuat media pembelajaran untuk anak sekolah dasar (SD) berupa media belajar JAM dari kotak sarum bekas dan kertas karton berwarna.

Bagaimana Cara Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang Baik?

Bagaimana Cara Membuat Rencana Pembelajaran yang Baik?

Kalau kita bertanya tentang bagaimana cara membuat dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik, maka tentunya selain berpatokan kepada Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian yang diamanahkan oleh kurikulum yang berlaku, maka kita juga harus memperhitungkan berbagai aspek lainnya sehingga RPP yang kita buat menjadi sebuah RPP yang benar-benar dapat dilaksanakan dan memberikan acuan pelaksanaan pembelajaran yang benar-benar bermutu. (Baca: Apa Manfaat Perencanaan Pembelajaran?)

Perencanaan yang baik adalah langkah awal untuk melakukan pembelajaran yang efektif. Dan tahukah anda bahwa merencanakan pembelajaran (membuat RPP) merupakan salah satu tugas krusial guru yang benar-benar harus dikuasai. Setiap guru harus merancang pembelajarannya masing-masing dan sangat tidak dianjurkan sebenarnya menggunakan RPP yang dibuat oleh orang lain apalagi terdapat perbedaan karakteristik sekolah, peserta didik, dan guru itu sendiri dengan si pembuat atau pengembang RPP.

bagaimanakah sebenarnya cara membuat RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran itu?
bagaimanakah sebenarnya cara membuat RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran itu?

Adapun langkah-langkah umum membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah sebagai berikut:
  • Aculah Kurikulum yang diberlakukan. Pada saat ini beberapa sekolah mengacu pada Kurikulum 2013 dan beberapa sekolah lainnya mengacu kepada Kurikulum 2006. Perhatikan standar isi, standar proses, serta standar penilaian pada kurikulum yang digunakan. Jangan menyalahi arahan kurikulum yang diberlakukan. (Baca: Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013)
  • Perhatikan kalender pendidikan yang telah anda adaptasikan dengan alokasi waktu yang tersedia untuk mata pelajaran atau kelas anda. Dasarkan pembagian alokasi pertemuan-pertemuan (tatap muka) dalam RPP sesuai dengan program semester yang telah dibuat sehingga semua materi ajar akan selesai digarap dalam rentang waktu tertentu sesuai kalender.
  • Pilah materi ajar menjadi materi dengan spesifikasi: (1) sangat penting; (2) penting; (3) tambahan. Ketika anda melakukan analisis materi pelajaran, materi-materi harus dipilah-pilah sehingga bisa menentukan mana-mana saja yang wajib diajarkan kepada peserta didik, dan mana yang dapat ditinggalkan jika alokasi waktu yang dimiliki tidak begitu tersedia.
  • Buatlah rancangan kegiatan untuk setiap bagian materi ajar tersebut. Strategi apa yang akan digunakan? Apa yang akan peserta didik lakukan selama mempelajarinya? Alat, bahan, atau media apa yang diperlukan untuk mengajarkannya? Buatlah rinci setiap sesi-sesi tersebut. Perlu dicatat bahwa dalam satu kali tatap muka kita bisa membagi-bagi waktu tersebut untuk beberapa sesi penyampaian materi ajar yang bervariasi. Ada jeda dan transisi di antara setiap sesi itu, dan semuanya harus dirancang dengan baik sehingga peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan efektif dan menyenangkan.
  • Buatlah latihan-latihan singkat berbentuk kuis untuk diaplikasikan pada sesi akhir setiap RPP di kelas anda. Kuis-kuis ini tentu saja harus mengacu kepada tujuan pembelajaran (indikator pencapaian kompetensi) yang diharapkan.
  • Setelah selesai menulis RPP, buatlah agenda kegiatan anda terkait implementasi dari RPP-RPP yang telah dibuat. Disarankan untuk membuat RPP setiap minggu sehingga lebih mudah mengorganisasi apa-apa yang harus dipersiapkan dan harus dilakukan selama sepekan itu. 
  • Tulislah RPP sesuai format yang telah ditentukan oleh pemerintah, jika Anda mengajar di sekolah negeri atau sekolah yang mengikuti standar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(Baca: Komponen-Komponen RPP Menurut Kurikulum 2013)
  • Di luar RPP, anda boleh menambahkan beberapa unit kecil (sesi dengan waktu sekitar 2 sampai 5 menit) untuk membuat kelas menjadi lebih fun dan menyenangkan. Misalnya dengan membuat mini game, tetapi tetap berhubungan dengan pelajaran, bukan sekedar memasukkan sesuatu yang fun tetapi tidak bermakna bagi pembelajaran tersebut. Jadikan ini sebagai lampiran khusus dan hanya akan diberikan pada situasi-situasi tertentu di kelas, misalnya ketika peserta didik tampak kurang bersemangat atau cuaca yang gerah dan tidak nyaman untuk belajar.
Bagaimana menurut Anda?

Cara Mengatur Disiplin Kelas Anak SD Kelas Tinggi

Cara Mengatur Disiplin Kelas Anak SD Kelas Tinggi (Ketika Disiplin Kelas Dilanggar)

Apa yang terpikirkan ketika kita mendengar kata DISIPLIN kelas? Mungkin akan terbayang di mata Bapak dan Ibu Guru bagaimana situasi di kelas yang Bapak dan Ibu ampu. Bapak dan Ibu wali kelas di SD untuk kelas tinggi? (4, 5 dan 6)? Sepertinya tulisan ini cocok untuk anda yang sedang mencoba memperbaiki disiplin siswa untuk SD kelas 4, 5, atau 5.

Memang, disiplin adalah salah satu kunci sukses pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Tidak ada sekolah yang bisa maju jika disiplin yang berlaku kurang, atau tidak termanajemen dengan baik. Disiplin yang baik mendukung atmosfer (suasana) yang kondusif untuk proses belajar mengajar.

Berikut ini, beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru atau wali kelas di SD (Sekolah Dasar) pada kelas-kelas yang lebih tinggi (4, 5, dan 6) untuk mengatur dan memanajemen disiplin kelas.

Jelaskan Perbedaan Antara ADIL dan SAMA

Seringkali anak-anak SD menganggap guru tidak SAMA dalam memperlakukan siswa yang melanggar peraturan. Pada beberapa siswa mungkin guru akan dapat mendengar protes mereka. "Mengapa Bu Guru memperlakukan saya TIDAK SAMA seperti ketika Andri dulu juga mematahkan penggaris kelas? Mengapa Ibu akan memanggil orang tua saya ke sekolah? Nanti ayah saya bisa marah, Bu Guru. Dulu Andri juga mematahkan penggaris kelas, tapi orang tuanya tidak dipanggil ke sekolah." keluh Ivan, seorang murid kelas V kepada Bu Intan.

mengatur dan manajemen disiplin kelas untuk siswa SD sangat penting sehingga tercipta kondisi kelas yang mendukung proses KBM dan pendidikan
bagaimana cara mengatur dan memanajemen disiplin di kelas?

Pada pandangan Ivan, Bu Intan sudah memperlakukannya secara tidak ADIL karena perlakuannya berbeda. Untuk kasus seperti ini tentunya guru harus mampu menjelaskan kepada anak kenapa perlakuan kepada setiap pelanggaran disiplin atau peraturan bisa berbeda. Tujuan pendidikan adalah membentuk mereka menjadi manusia yang baik dan berkualitas. Dan karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, sifat dan watak yang berbeda, maka guru akan memberikan perlakuan yang mungkin juga berbeda untuk mencapai tujuannya dalam mendidik mereka.

Perlakuan yang berbeda justru dilakukan oleh guru karena alasan tersebut di atas, demi kepentingan pendidikan mereka. Bu Intan tentu memanggil orang tua Ivan karena beberapa alasan kuat. Mungkin saja perilaku Ivan sudah lebih parah dibanding perilaku Andri. Ivan mungkin sudah beberapa kali merusak barang-barang di kelas, sementara Andri sebelumnya tidak pernah. Atau kerusakan yang dibuat oleh Andri lebih kepada ketidaksengajaan.

Jadi ketika menghadapi protes sedemikian dari Ivan, Bu Intan harus mampu menjelaskannya dengan baik agar Ivan dapat memahaminya. Ditinjau dari perkembangan psikologis anak usia kelas tinggi di SD (kelas 4, 5 dan 6), mereka telah mampu menangkap penjelasan seperti ini.

Tentu lebih baik lagi jika perbedaan perlakuan justru lebih mempertimbangkan sisi keadilan, bukan kesamaan ini disampaikan di awal tahun pelajaran saat anak-anak itu pertama kali menginjakkan kaki di kelas mereka.

Buat Kotak Saran dan Pastikan Siswa Berani Menulis Harapan Mereka Terkait Disiplin Kelas dan Hal Lainnya

Salah satu pendekatan yang sebaiknya dilakukan oleh guru-guru adalah mengajak mereka berkomunikasi. Karena waktu guru tidak akan cuma dihabiskan untuk masalah disiplin, maka sediakanlah sebuah kotak saran atau dapat juga waktu khusus di setiap pekan. Katakan dan yakinkan kepada mereka bahwa guru menghargai setiap saran bahkan kritikan yang masuk. Tunjukkan bahwa justru itulah cara menyampaikan pendapat yang benar mengenai disiplin kelas, rasa ketidakadilan di kelas, atau tekanan-tekanan yang mereka hadapi, bahkan hal-hal apapun juga. Yakinkan bahwa guru tidak akan memasukkan mereka ke "daftar hitam" anak-anak yang suka "memberontak" dan sejenisnya. Yakinkan kepada mereka bahwa setiap saran yang diberikan akan membantu guru menjadi pendidik yang lebih baik bagi mereka.

Waktu Memberikan Teguran atau Tanggapan Terhadap Perilaku Tidak Disiplin

Ketika suatu pelanggaran disiplin dilakukan oleh siswa, guru tidak selalu akan menegur secara langsung, apalagi jika pelanggaran itu bukan pelanggaran berat dan berlangsung selama proses belajar mengajar. Jelaskan kepada siswa bahwa guru mementingkan untuk mengajar dan tidak ingin membuat semua anak yang lain tahu dan mempermalukan si pelanggar, apalagi pelanggaran disiplinnya tidak terlalu parah. Katakan bahwa siswa yang sedemikian tetap juga akan mendapatkan teguran, nasehat, dan sebagainya mungkin di luar waktu belajar. Jelaskan bahwa guru akan selalu mengawasi tindak-tanduk mereka di dalam kelas selama proses belajar mengajar, tanpa ingin mengurangi waktu belajar mereka dengan menggunakannya hanya untuk seorang anak yang melanggar peraturan di kelas.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Disiplin Siswa

Buatlah Prosedur Manajemen Disiplin Kelas Bapak dan Ibu Guru

Sangat penting untuk membuat dan menetapkan prosedur disiplin kelas. Bagaimana langkah-langkah dan tahapan penanganan pelanggaran disiplin. Dan, prosedur ini tentunya juga harus disosialisasikan kepada seluruh siswa (anggota kelas), sehingga mereka memahami bahwa tindakan-tindakan dan keputusan yang diambil guru (yang kadang tampak TIDAK SAMA untuk perilaku sama tapi anak yang berbeda) justru berdasarkan prosedur standar ini.
Baca Juga: Jangan Berikan Hukuman Fisik pada Siswa

Bangun Hubungan yang Baik dengan Pelanggar Disiplin

Adalah wajar jika anak-anak melakukan kesalahan bahkan pelanggaran disiplin. Toh orang dewasa pun juga sering melakukannya. Pelanggaran disiplin yang telah disepakati bersama seringkali terjadi karena pemikiran mereka yang masih polos. Mereka seringkali belum dapat memikirkan konsekuensi-konsekuensi terhadap segala perilaku yang mereka lakukan. Atau mungkin mereka lupa bahwa ada peraturan kelas yang melarang mereka untuk melakukan ini...itu...dan sebagainya. Jika terjadi pelanggaran disiplin oleh salah seorang siswa, upayakan untuk memanggil mereka (tanpa perlu diketahui) oleh siswa lainnya dan berbicara dengan baik kepadanya. Buatlah hubungan yang baik dengan anak tersebut sehingga upaya guru memperbaiki pelanggaran disiplin akan berbuah perilaku yang diharapkan.

Demikian beberapa cara mengatur disiplin di kelas anak-anak SD (sekolah dasar) kelas tinggi. Bagaimana menurut anda?

Tips Meningkatkan Kemampuan Interaksi dalam Bahasa Inggris

Guru Bahasa Inggris seringkali mengeluhkan bahwa peserta didik di kelas yang diampunya sangat rendah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksinya, baik dengan sesama mereka, maupun dengan guru. Memang hal ini bukanlah persoalan sepele pada setiap pembelajaran bahasa asing apapun termasuk pelajaran Bahasa Inggris. Ada beragam faktor yang menyebabkan munculnya permasalahan ini (untuk lebih jelasnya silakan baca tulisan sebelumnya: Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Interaksi Proses Belajar Bahasa Inggris).

Padahal semua guru Bahasa Inggris pasti tahu betul bahwa latihan-latihan berbahasa melalui percakapan dengan interaksi antara sesama peserta didik sangatlah penting. Karena, sejatinya kemampuan berbahasa Inggris itu adalah sebuah keterampilan yang harus diasah melalui latihan-latihan secara langsung. (baca: Mengapa Interaksi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris itu Penting?)

Dulu, di blog ini telah dipaparkan bagaimana cara meningkatkan interaksi proses belajar mengajar di kelas secara umum. Silakan baca tulisan tersebut dengan mengklik tautan yang diberikan. Nah, kali ini pada kesempatan ini, kami ingin lebih menajamkannya dengan memberikan beberapa tips terkait agar proses interaksi dalam belajar Bahasa Inggris secara khusus dapat distimulasi dan dipertahankan.

berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan oleh guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan interaksi peserta didik
bagaimana cara meningkatkan kemampuan interaksi siswa dalam Bahasa Inggris?

Beberapa tips yang dimaksud yaitu:

Guru Harus Memperhatikan Proses Belajar Bahasa 

Untuk mempelajari Bahasa Inggris atau bahasa asing apapun diperlukan suatu proses dengan bantuan guru. Karena itu penting bagi guru untuk memperhatikan proses ini. Di dalam proses ini guru dapat membantu menstimulasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada pasangan atau kelompok siswa. Misalnya: "What do you have for number 2?", kemudian guru memperhatikan reaksi seluruh kelas dan memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang mungkin ingin memberi tanggapan. Saat menunjuk salah satu siswa, mungkin guru bisa mengundang dengan mengucapkan pertanyaan sederhana sehingga sangat mudah untuk dijawab semua siswa seperti: "Do you want to answer?" atau pertanyaan mudah lainnya sebelum meminta mereka menjawab soal tersebut. Kemudian ketika siswa atau guru merasa bahwa ditemukan kosa kata baru, siswa dapat diminta atau diberi kesempatan untuk menuliskannya ke dalam buku catatan mereka: kata tersebut beserta artinya dalam Bahasa Indonesia. Ketika siswa menjawab atau bertanya, guru dapat meminta siswa tersebut atau siswa lainnya untuk mengulangi jawaban atau pertanyaan. Misalnya dengan mengatakan: " Can you repeat it again, please." dan sebagainya.

Mereview Kembali Tugas yang akan Diberikan dalam Proses Interaksi Belajar

Setiap rencana atau materi ajar Bahasa Inggris harus selalu direview ulang. Berhati-hati dan mempertimbangkan segala aspek untuk mendapatkan proses pembelajaran yang bermutu dan lancar harus dilakukan oleh seorang guru. Ketika guru akan menggunakan sebuah tugas dari buku teks misalnya, guru harus mereview terlebih dahulu tingkat kerumitannya dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan kesulitan yang akan mungkin ditemui oleh peserta didik dalam menyelesaikannya. Ketika benar terdapat kemungkinan hambatan demikian, maka guru telah harus menyiapkan sarana untuk membantu mereka mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Jika suatu tugas terlalu rumit dan kemungkinan tidak akan berjalan dengan mulus saat proses pembelajaran dan menghambat proses interaksi berbahasa mereka, lebih baik guru menggantikan tugas tersebut dengan material lain yang lebih baik.

Menciptakan Atmosfer Kelas yang Mendukung Interaksi Proses Belajar dalam Bahasa Inggris

Beberapa kelas mungkin memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa dalam melakukan proses interaksi seperti berbicara dalam Bahasa Inggris meskipun apa yang mereka ucapkan masih belum tepat atau salah. Sayangnya, beberapa kelas lainnya tidak demikian. Ketika salah seorang peserta didik mencoba memberanikan diri untuk berinteraksi dengan guru atau dengan teman-teman di kelas, mereka mendapati bahwa kesalahannya menggunakan Bahasa Inggris dapat berujung MALU, maka proses interaksi belajar mengajar di kelas tersebut tidak akan pernah berjalan mulus. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang aman dan nyaman. Peserta didik tidak perlu merasa taku dan malu jika melakukan kesalahan dalam berbahasa. Semua peserta didik harus memahami aturan bahwa dilarang keras menertawakan teman yang sedang belajar. Semua orang yang berbicara dihargai dan didengarkan, seberapa kacaupun kalimat atau kata-kata yang diucapkannya. Semua harus menyadari bahwa dalam proses belajar, kesalahan itu adalah hal yang sangat wajar.

Kelompok yang Dirotasi dengan Tugas yang Sama

Ketika guru ingin mengajarkan siswa berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama mereka, maka guru dapat mencoba strategi ini. Pilihlah sebuah topik yang akan dibicarakan. Bagi waktu belajar menjadi beberapa sesi, di mana pada setiap sesi tugas yang harus mereka lakukan sama, misalnya saling menanyakan hobi, atau alamat. Proses ini diulang-ulang dengan merotasi atau menukar-nukar anggota kelompok, sehingga mereka tidak hanya melakukannya sekali saja dalam proses interaksinya. Pengulangan-pengulangan dapat membantu mereka memperbaiki secara bertahap kemampuan berhasa Inggris mereka untuk tugas tersebut.

Paparkan Alasan Pentingnya Mereka Aktif dalam Berinteraksi

Jika guru sudah maklum betul pentingnya proses interaksi dengan menggunakan Bahasa Inggris secara langsung untuk mempelajarinya, maka seringkali peserta didik tidak memahami ini. Guru perlu menyampaikan kepada mereka walaupun sekilas untuk mengingatkan bahwa dengan berinteraksi secara bebas tanpa merasa takut salah, takut menjadi ejekan karena salah dan sebagainya itu sangat penting. Keterampilan berbahasa mereka harus dilatih secara terus-menerus dengan interaksi langsung antar mereka satu sama lain.

Memberikan Tugas dengan Variasi Tingkat Kesulitan

Karena setiap kelas terdiri dari beragam siswa beserta beragam tingkat kemampuan berbahasa Inggris, maka penting bagi guru untuk memberikan tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. Ini harus dilakukan agar mereka memiliki rasa percaya diri mampu mengerjakan, dan tetap memiliki tantangan dalam menyelesaikannya (tugas yang terlalu mudah tidak memberikan tantangan bagi peserta didik dengan kemampuan tinggi tetapi dibutuhkan oleh siswa berkemampuan rendah agar mereka memiliki rasa percaya diri, tugas yang terlalu sulit akan membuat siswa bekemampuan rendah merasa putus asa, tugas yang mudah membuat peserta didik dengan kemampuan lebih tinggi  menjadi bosan). Oleh karena itu variasi sangat penting sehingga semuanya dapat diakomodasi.

Demikian beberapa tips untuk meningkatkan kemampuan interaksi siswa dalam berbahasa Inggris. Bagaimana menurut anda?

Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Interaksi dalam Belajar Bahasa Inggris Di Kelas

Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Interaksi dalam Belajar Bahasa Inggris Di Kelas

Jika Bapak dan Ibu Guru adalah guru Bahasa Inggris, maka tentu akan menyadari pentingnya interaksi secara masif antar sesama peserta didik untuk berbicara dalam bahasa tersebut. Tetapi, walaupun guru telah secara umum menyadari pentingnya hal ini, seringkali menemui kendala di kelasnya ketika meminta peserta didik untuk berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan Bahasa Inggris tersebut.

Baca tulisan yang berhubungan tentang interaksi dalam proses pembelajaran:

Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya interaksi antar siswa di dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Faktor-faktor ini bisa hanya muncul secara tersendiri maupun muncul secara bersama-sama dan saling mempengaruhi. Semakin banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya interaksi proses belajar mereka, maka semakin sulit tentu saja, untuk mengurai masalah krusial dalam pembelajaran Bahasa Inggris ini. Berikut faktor-faktor yang dimaksud:

ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya interaksi belajar bahasa Inggris pada peserta didik.
ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya interaksi belajar bahasa Inggris pada peserta didik.

Resistansi Peserta Didik untuk Berinteraksi dalam Bahasa Inggris

Adalah sebuah kenyataan yang memang benar adanya: terdapat beberapa siswa yang kurang menyukai belajar secara berpasangan atau secara berkelompok. Jadi ketika peserta didik diminta oleh guru untuk saling berinteraksi (berbicara) dalam Bahasa Inggris tentang suatu hal untuk melatih keterampilan berbahasa mereka, justru mereka merasa kegiatan ini tidak berguna, lucu, dan tidak menyenangkan. Ini adalah masalah umum pada daerah atau wilayah, atau bahkan negara manapun yang dalam kehidupan masyarakatnya sehari-hari hanya menggunakan satu bahasa tertentu saja (bukan daerah yang bersifat bilingual atau multilingual). Siswa-siswa di daerah dengan masyarakat yang terdiri dari beragam suku bangsa biasanya cenderung kurang mengalami masalah ini. Mereka telah terbiasa berbicara dalam beragam bahasa, jadi ketika mereka diminta berinteraksi dalam Bahasa Inggris umumnya mereka lebih mudah melakukannya.

Rasa Rendah Diri, Merasa Jengah dan Lucu (Tidak Nyaman)

Hal ini semakin buruk bila kebanyakan peserta didik dalam pasangan atau kelompok yang diminta untuk berinteraksi merasa kemampuan berbahasa Inggris mereka sangat rendah. Kurang kepercayaan diri sehingga merasa malu kalau salah dan sebagainya. Guru mungkin dapat membantu mengatasi hal ini secara perlahan dengan meyakinkan mereka bahwa setiap mereka bisa belajar juga melalui kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Belajar tidak melulu melalui orang-orang yang sudah terampil berbahasa Inggris. Jadi tidak rugi untuk tetap mencoba berinteraksi sebisa mungkin.

Jumlah Siswa yang Terlalu Banyak dalam Satu kelas

Pada beberapa sekolah, masalah justru muncul karena hal lain yang mungkin kurang disadari oleh guru, yaitu jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas. Jumlah siswa sangat berpengaruh kepada aksesibilitas guru terhadap semua kelompok atau pasangan siswa yang sedang berlatih berinteraksi dalam Bahasa Inggris saat proses pembelajaran. Ketika jumlah siswa yang terlalu banyak, guru akan kesulitan memantai apa saja yang menjadi bahan pembicaraan pasangan-pasangan interaksi atau kelompok-kelompok. Guru kesulitan memastikan apakah mereka benar-benar berinteraksi dengan menggunakan Bahasa Inggris dan kesulitan memberikan umpan balik, koreksi, dan penguatan kepada mereka. Karena itu, sangat perlu bagi setiap sekolah mempertimbangkan berapa jumlah ideal siswa di dalam kelas agar proses interaksi belajar berbahasa Inggris ini benar-benar dapat berlangsung dengan baik. Ini penting karena sebenarnya, pada subjek atau mata pelajaran lainpun demikian.

Kemampuan Bahasa Inggris yang Terlalu Jauh Berbeda

Peserta didik dalam pasangan atau kelompok-kelompok yang anggotanya terlalu jauh perbedaan kemampuan berbahasa Inggrisnya pada umumnya akan mengalami kesulitan melakukan interaksi. Biasanya mereka akan mengalami kemacetan karena adanya rasa frustasi dari anggotanya, baik yang kemampuan berbahasanya terlalu baik atau terlalu rendah. Oleh karena itu guru perlu mengatur kelompok-kelompok atau pasangan sehingga perbedaan kemampuan yang terlalu besar ini tidak muncul. Siswa atau peserta didik dengan kemampuan tinggi dapat dipasangkan dengan yang berkemampuan sedikit dibawahnya. Ingat bahwa ini bukan semacam kerja kelompok, tetapi lebih kepada membuat proses bertanya jawab atau berbicara pada setiap kelompok atau pasangan menjadi berjalan dengan lebih lancar.

Motivasi yang Rendah

Motivasi belajar jelas sangat berpengaruh dalam proses interaksi latihan berbahasa Inggris di kelas. Oleh karena itu guru perlu menyiapkan material yang menarik sehingga proses ini dapat lebih mudah dilaksanakan. Kreativitas guru diperlukan untuk ini. Menjaga agar jangan sampai pembelajaran Bahasa Inggris membosankan sangatlah penting. Beragam teknik dan strategi perlu diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa mereka.

Kekurangan Kosa Kata

Kekurangan kosa kata atau memahami struktur kalimat juga sangat penting. Ketika peserta didik tidak mempunyai cukup kosa kata dalam Bahasa Inggris yang berkaitan dengan topik yang dijadikan bahan berinteraksi, maka proses interaksi akan macet. Beberapa yang lainnya mungkin terhambat dalam mengungkapkannya menjadi sebuah kalimat yang minimal dapat dipahami oleh pasangannya atau teman-teman di kelompoknya. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menyediakan beberapa macam media yang membantu peserta didik untuk dengan cepat memperoleh kosa kata yang diperlukan misalnya dengan daftar kata, flash card, atau tayangan power point. Contoh-contoh struktur kalimat yang dapat digunakan (pola kalimat) juga dapat diberikan untuk membantu mereka.

Demikian beberapa faktor yang seringkali menjadi penghambat interaksi proses belajar antar peserta didik dalam belajar Bahasa Inggris. Bagaimana menurut anda?

Mengapa Interaksi dalam Proses Pembelajaran Bahasa Itu Penting?

Mengapa Interaksi dalam Proses Pembelajaran Bahasa Itu Penting?

Interaksi dalam proses pembelajaran bahasa sangat penting. Interaksi yang terjadi di dalam kelas akan membantu peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran berbahasa mereka. Selain itu tentunya juga akan menumbuhkan keterampilan sosial mereka. Memaksimalkan interaksi di dalam kelas dalam pembelajaran bahasa adalah merupakan bagian penting dari peran guru sebagai fasilitator. Memang tidak mudah jika belum terbiasa. Interaksi antar peserta didik atau anggota kelas lainnya tidak akan terjadi secara begitu saja, akan tetapi seorang guru harus mempertimbangkan rencana pembelajarannya secara matang sebelum mengajar dan secara khusus memasukkan aspek interaksi ini di dalam perencanaan mengajar itu. Berikut ini ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan interaksi siswa atau peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.

Kenyataan di kelas untuk pembelajaran bahasa justru sangat memprihatinkan. Kualitas dan kuantitas interaksi dalam pembelajaran antara semua komponen (siswa dengan siswa, siswa dengan guru) masih sangat kurang. Belum sesuai yang diharapkan oleh kebanyakan guru. Beberapa peserta didik kadang-kadang terkesan malu-malu, atau menganggap remeh interaksi yang diminta guru untuk menerapkan keterampilan berbahasa mereka. Contohnya yang sering terlihat dalam pelajaran Bahasa Asing seperti Bahasa Inggris, ketika mereka diminta untuk saling berinteraksi (bertanya jawab) kepada sesama mereka atau teman didekatnya tentang suatu topik atau hal, tampak nyata bahwa mereka mengalami kesulitan.

Baca Juga: Faktor-Faktor penyebab Rendahnya Interaksi Proses Belajar Bahasa Inggris

Secara khusus bisa dikemukakan bahwa interaksi dalam proses pembelajaran bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing seperti bahasa Inggris) itu sangat penting, yaitu:

Ada banyak alasan mengapa interaksi dalam proses pembelajaran bahasa itu sangat penting.
cukupkan pembelajaran bahasa dengan interaksi seadanya?

Interaksi yang tinggi menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam pembelajaran

Sudah pasti para guru memaklumi bahwa adanya interaksi yang tinggi di dalam kelas menunjukkan bahwa di dalam kelas itu partisipasi belajarnya tinggi. Kita ketahui bersama bahwa, walaupun peserta didik berada di dalam kelas dan duduk dengan baik itu tidak menjadi jaminan pasti bahwa mereka benar-benar sedang belajar. Mereka bisa duduk dengan baik tetapi pikiran mereka entah kemana dan bukan pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Interaksi pada pembelajaran bahasa ditunjukkan dengan adanya percakapan-percakapan antar mereka sesuai dengan topik yang sedang dibelajarkan. Partisipasi sangat penting karena itulah sejatinya proses belajar mereka. Peserta didik yang tidak atau kurang berpartisipasi tentu saja tidak atau kurang memperoleh apa-apa yang hendak diberikan guru untuk mereka kuasai sebagai tujuan pembelajaran. Belajar memerlukan proses aktif. Proses belajar secara aktif dalam hal ini adalah interaksi yang dilakukan melalui percakapan-percakapan yang dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari.

Interaksi mengasah keterampilan berbahasa peserta didik

Mengapa guru menghendaki dalam pembelajaran bahasa terdapat banyak interaksi yang berkualitas? Karena sejatinya jika peserta didik atau siswa mempelajari suatu bahasa, berarti mereka sedang mempelajari sebuah keterampilan. Bahasa adalah keterampilan. Dan, para pakar pendidikan telah lama setuju bahwa untuk meningkatkan keterampilan apapun cara terbaiknya adalah dengan berlatih. Interaksi dalam proses pembelajaran bahasa seperti bahasa Inggris bisa dimaknai sebagai latihan. Dengan banyak berinteraksi berarti makin banyak latihan menggunakan bahasa Inggris tersebut.

Interaksi dalam proses pembelajaran menunjukkan terjadinya pembelajaran kolaboratif

Ketika siswa saling berinteraksi (bercakap-cakap) pada saat pelajaran bahasa, maka secara tidak langsung akan menciptakan suatu komunitas belajar yang bersifat kolaboratif. Peserta didik dapat saling belajar satu sama lain, menguatkan dan memberi masukan terhadap teman-teman yang berinteraksi dengannya atau sebaliknya menerima penguatan, dan menerima masukan. Kolaboratif learning sampai saat ini dipercaya sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam proses belajar seseorang, demikian pula pada pelajaran bahasa.

Baca Juga: Tips Meningkatkan Interaksi dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna sosialisasi

Sudah disebutkan di atas (pada awal tulisan ini) bahwa dengan melakukan interaksi pada proses pembelajaran secara maksimal, maka semua anggota kelas utamanya sesama siswa akan terjadi sosialisasi. Mereka tidak Cuma berlatih menggunakan bahasa asing, tetapi juga melakukan proses bersosial dengan orang-orang di sekitarnya (teman-temannya). Proses sosialisasi antar peserta didik sangat penting sebagai salah satu bekal hidup bagi mereka ketika mereka berada di masyarakat. Seyogyanyalah kelas benar-benar menjadi sebuah model kumpulan warga masyarakat di mana di dalamnya mereka dapat belajar melakukan interaksi sosial yang baik, efektif, dan sesuai norma-norma yang ada.

Interaksi proses belajar meningkatkan motivasi belajar

Semakin tinggi kualitas dan kuatitas interaksi dalam proses pembelajaran (baik pembelajaran bahasa ataupun pelajaran apa saja), akan dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Dengan melakukan interaksi, peserta didik akan dapat menemukan suatu hal yang mampu memotivasi mereka untuk belajar lebih baik. Interaksi mendukung iklim kelas yang kondusif. Dengan segala poin-poin sebelumnya itu, maka melalui interaksi proses belajar di kelas motivasi belajar mereka juga akan meningkat dengan sendirinya.

Baca Juga:
Bagaimana Melakukan Interaksi Proses Pembelajaran yang Baik?

Model-Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Model-Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Kalau ditelusuri sejarah lahirnya penelitian tindakan (action research), maka nama seorang psikolog sosial Kurt Lewin  tidaklah dapat dipisahkan. Ia adalah orang yang pertama kali mengembangkan model penelitian tindakan. Sementara penelitian tindakan kelas (PTK) adalah salah satu terapan penelitian tindakan dalam praktik di dunia pendidikan. Munculnya penelitian tindakan kelas ini menunjukkan objek dan subjek penelitian yang berbeda saja dalam action research. Perlu diketahui bahwa penelitian tindakan (action research) dilakukan di berbagai bidang. Tidak hanya untuk dunia pendidikan (di kelas, dalam proses pembelajaran di sekolah), tetapi juga untuk bidang-bidang lain. Kembali menyebut Kurt Lewin, sebenarnya penelitian yang mula-mula dilakukannya itu bukanlah penelitian tindakan kelas (PTK) tetapi penelitian tindakan untuk memperbaiki pembangunan terpadu berkaitan dengan perumahan warga negara Amerika pasca Perang Dunia II di tahun 1946.

Sampai saat ini penelitian tindakan kelas (classroom-based action research) terus berkembang dan berevolusi. Muncul berbagai model-model penelitian tindakan kelas untuk membuat penelitian tindakan menjadi lebih baik dan terarah.

Lalu bagaimana dengan salah satu bentuk terapan penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di sekolah atau kelas-kelas (atau dengan kata lain Penelitian Tindakan Kelas)? Sampai saat ini berkembang pula berbagai model untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan penelitian tindakan sekolah.

Model PTK Menurut Stephen Kemmis dan Robin McTaggart

Model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart adalah model PTK yang paling banyak digunakan oleh praktisi pendidikan di Indonesia (guru dan kepala sekolah). Kalau diamati secara seksama, maka alur model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart tampak sangat sederhana. Dalam model PTK menurut Kemmis dan McTaggart ini ditunjukkan secara tegas 4 tahap siklus PTK yang terdiri dari plan →→ act → observe → reflect lalu kembali lagi ke plan → act → observe → reflect. Bentuk skema pelaksanaan siklus-siklusnya seperti spiral.

Model PTK menurut Kemmis dan McTaggart
Model PTK menurut Kemmis dan McTaggart


Stephen Kemmis mendefinisikan ptk sebagai sebuah bentuk inkuiri yang dilakukan secara reflektif oleh orang-orang atau partisipan yang terlibat di dalam penelitian pada suatu masalah sosial (termasuk pendidikan) dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

Model PTK Menurut Ebbut

Menurut Dave Ebbut, ptk adalah suatu studi yang sistematis dari praktek-praktek pendidikan oleh sekelompok orang atau partisipan melalui tindakan yang mereka praktekkan sendiri dan melalui refleksi yang juga mereka lakukan sendiri terhadap efek dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Jadi, di dalam ptk menurut Ebbut, peneliti mencoba gagasan-gagasan baru untuk melihat peningkatan atau perubahan sesuatu, dalam bentuk efek nyata pada suatu situasi.

Lalu model PTK (penelitian tindakan kelas) menurut Ebbut dapat dijelaskan sebagai berikut. Penelitian tindakan dimulai dari suatu ide umum yang kemudian diamati sehingga kemudian disusunlah perencanaan untuk melakukan tindakan I. Saat dan setelah melakukan tindakan 1 ini dilakukan monitoring dan pengamatan untuk melihat bagaimana hasil dari tindakan tersebut terhadap pencapaian tujuan penelitian yang diinginkan. Setelah itu, penelitian tindakan akan berlanjut pada pelaksanaan tindakan II, tetapi ada dua kemungkinan untuk tindakan II ini. Pertama, peneliti dapat merubah keseluruhan rencana dan kembali mengulang tindakan I dengan ide umum yang benar-benar baru. Atau, Kedua, dengan merebisi rencana dan melanjutkan dengan Tindakan II. Untuk lebih jelasnya silakan perhatikan gambar berikut.

Penelitian tindakan dimulai dari suatu ide umum yang kemudian diamati sehingga kemudian disusunlah perencanaan untuk melakukan tindakan I. Saat dan setelah melakukan tindakan 1 ini dilakukan monitoring dan pengamatan untuk melihat bagaimana hasil dari tindakan tersebut terhadap pencapaian tujuan penelitian yang diinginkan. Setelah itu, penelitian tindakan akan berlanjut pada pelaksanaan tindakan II, tetapi ada dua kemungkinan untuk tindakan II ini. Pertama, peneliti dapat merubah keseluruhan rencana dan kembali mengulang tindakan I dengan ide umum yang benar-benar baru. Atau, Kedua, dengan merebisi rencana dan melanjutkan dengan Tindakan II.
Model PTK menurut Ebbut


Memang jika diuraikan dengan kata-kata bagaimana perbedaan setiap model PTK yang diberikan di sini akan justru membuatnya tampak rumit. Oleh karena itu, perbedaan setiap model PTK (penelitian tindakan kelas ini) justru lebih mudah dipahami melalui diagram alir yang diberikan. Berikut untuk 2 model PTK lainnya (Model PTK Elliot dan Model PTK menurut McKernan) kami sajikan dalam bentuk diagram semata tanpa memberika penjelasan berbentuk narasi yang akan tampak berbelit dan mubajir.

Model PTK Menurut Elliot

Model PTK menurut Elliot ini walaupun digambarkan dengan diagram alir atau bagan yang berukuran besar dan rinci, akan tetapi model ini sebenarnya justru sangat mudah dipahami. Sebagaimana model-model ptk lainnya, model ptk yang diajukan oleh Elliot ini juga terdiri atas siklus-siklus yang pada dasarnya adalah pengulangan siklus sebelumnya.

Siklus PTK yang pertama selalui dimulai dengan identifikasi ide awal untuk mencari gagasan dalam upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran bagi guru peneliti.

Model PTK menurut Elliot ini walaupun digambarkan dengan diagram alir atau bagan yang berukuran besar dan rinci, akan tetapi model ini sebenarnya justru sangat mudah dipahami. Sebagaimana model-model ptk lainnya, model ptk yang diajukan oleh Elliot ini juga terdiri atas siklus-siklus yang pada dasarnya adalah pengulangan siklus sebelumnya.
Model PTK menurut ELLIOT

Model PTK Menurut McKernan

Pada model PTK McKernan, kita dapat melihat bahwa permulaan siklus I dimulai dari adanya situasi atau masalah sehingga diperlukan adanya suatu tindakan perbaikan. Setelah guru peneliti menyadari adanya kebutuhan untuk memperbaiki tindakan ini berdasarkan situasi yang dilihatnya secara nyata, maka mulailah proses perumusan masalah, selanjutnya dilakukan need assessment (asesmen yang ditujukan untuk menemukan apa sebenarnya kebutuhan yang harus dipenuhi agar situasi yang yang menjadi masalah tadi daat dipecahkan). Berdasarkan penelusuran berbagai literatur dan kepustakaan, atau berbekal pengetahuan yang dimiliki oleh guru peneliti, maka diperoleh suatu hipotesis ide, yang kemudian dikembangkan dalam bentuk rencana pembelajaran untuk perbaikan situasi tersebut. Setelah perencanaan dilakukan implementasi perubahan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun secara seksama. Jika tindakan sudah dilakukan maka kemudian dilakukan lagi tahapan berikutnya (yang merupakan tahapan terakhir pada siklus I), yaitu mengevaluasi tindakan yang sudah diimplementasikan tadi.


model PTK McKernan, kita dapat melihat bahwa permulaan siklus I dimulai dari adanya situasi atau masalah sehingga diperlukan adanya suatu tindakan perbaikan. Setelah guru peneliti menyadari adanya kebutuhan untuk memperbaiki tindakan ini berdasarkan situasi yang dilihatnya secara nyata, maka mulailah proses perumusan masalah,
Model PTK menurut McKernan

Jika ternyata situasi dan masalah masih belum membaik, atau mulai membaik tetapi belum sampai pada target yang ingin dicapai oleh guru peneliti, maka dilakukanlah siklus II.

Demikian beberapa model penelitian tindakan kelas atau PTK.  Salah satunya model ini dapat dipilih dalam melaksanakan sebuah PTK. Sekali lagi kami ingatkan walaupun setiap model memiliki alur yang berbeda, akan tetapi pada hakikatnya sama saja. Pemodelan-pemodelan ini dibuat untuk membantu para guru peneliti dalam melaksanakan PTK secara lebi gampang dan tergambar secara jelas.

4 Tahap dalam Sebuah Siklus PTK

4 Tahap dalam Sebuah Siklus PTK


Penelitian tindakan kelas atau biasa disingkat sebagai PTK merupakan jenis penelitian yang sangat khas. Salah satu ciri khas penting pada PTK adalah adanya siklus-siklus dan pada setiap siklus ini terdapat 4 tahapan yang mesti dilalui. Adapun keempat tahap itu adalah: (1) plan (merencanakan); (2) act (tindakan); (3) observe (observasi); dan (4) reflect (berpikir reflektif atau refleksi).

Ke-4 tahapan-tahapan di atas akan menunjang sebuah siklus PTK. Model apapun yang digunakan dalam metode penelitian tindakan kelas pada prinsipnya selalu menggunakan 4 tahapan tersebut, baik secara tersirat maupun secara langsung tertulis pada bagian metodologinya.

Sekarang marilah kita bahas satu per satu tahapan-tahapan pada siklus penelitian tindakan kelas di atas.

Plan (Merencanakan)

Pada sebuah penelitian tindakan kelas, peneliti yang merupakan seorang guru setelah menemukan permasalahan di dalam kelas atau pembelajarannya, maka pada ia dapat memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui sebuah kegiatan penelitian. Ini tentu sangat bagus untuk guru yang bersangkutan karena dengan melakukan penelitian tindakan kelas atau PTK ia akan memperoleh berbagai keuntungan, seperti angka kredit untuk kenaikan pangkat dan peningkatan profesionalismenya dalam karir sebagai guru. Lalu ketika permasalahan dapat diidentifikasi, maka selanjutnya guru peneliti harus membuat perencanaan. Hal ini dilakukannya dalam tahapan pertama pada siklus pertama PTK-nya. Ia akan merencanakan langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di kelasnya, membuat berkas-berkas atau file yang dibutuhkan, hingga kelengkapan alat dan bahan mengajar yang berkaitan dengan pelaksanaan tahapan selanjutnya yang disebut act (tindakan). Hal penting yang perlu diingat ketika melakukan perencanaan adalah sifat fleksibel dari perencanaan itu sendiri. Jadi perencanaan juga perlu memperhatikan hal-hal yang bersifat strategis untuk kelancaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan.

Ada 4 tahap penting dalam setiap siklus PTK, yaitu plan, act, observe, dan reflect. Pahami ke-4-nya
Ada 4 tahap penting dalam setiap siklus PTK, yaitu plan, act, observe, dan reflect. Pahami ke-4-nya

Act (Tindakan)

Sebagai seorang peneliti, tentu saja guru yang melaksanakan PTK haruslah berpedoman pada segala perencanaan yang dibuatnya. Dengan demikian ia benar-benar berada “on the track”. Segala kegiatannya terpantau dengan baik karena ini akan menjadi bagian dari data yang dikumpulkan. Pada saat melaksanakan tindakan untuk melakukan perbaikan menuju tujuan yang ingin dicapai, guru si peneliti ini harus mampu meningkatkan praktek mengajarnya, meningkatkan kemampuan berkolaborasi dengan sejawat yang menjadi partner untuk berdiskusi dan membantu pelaksanaan PTK yang dilakukan, serta meningkatkan kondisi pembelajaran di kelasnya.

Observe (Melakukan Pengamatan atau Observasi)

Ketika tindakan dilaksanakan di kelas oleh seorang guru peneliti, maka tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukannya sudah barang tentu harus diamati dengan seksama untuk melihat bagaimana hasil implementasi tindakan-tindakan tersebut. Pada proses ini nantinya akan dibutuhkan beragam instrumen pengumpul data. Guru peneliti dapat menjadi guru sekaligus pengamat dalam penelitiannya. Akan tetapi untuk menjaga objektifitas data yang diperoleh dan dikumpulkan, sebaiknya beberapa jenis pengamatan dilakukan oleh teman sejawat. Jenis pengamatan yang dimaksud misalnya, bagaimana peningkatan kemampuan guru mengelola suatu pembelajaran, bagaimana peningkatan perbaikan kondisi pembelajaran di kelas, dan beberapa jenis pengamatan lainnya yang dengan memakai pengamatan orang lain (teman sejawat) akan dapat dilihat dan ditemukan hal-hal baru yang mungkin tidak disadari oleh si guru peneliti. Berkenaan dengan instrumen perekam data yang digunakan juga harus memberikan fleksibelitas kepada pengamat dalam menambahkan atau mencatat informasi berharga yang mungkin tidak dengan begitu baik terekam dalam instrumen data yang telah dikembangkan oleh guru peneliti.

Reflect (Melakukan Refleksi/Berpikir Reflektif)

Guru peneliti harus melanjutkan tahap penelitian tindakan kelasnya (ptk) dengan melakukan refleksi (berpikir reflektif) terhadap semua perencanaan, tindakan dan proses observasi yang dilakukan sebelumnya. Melalui proses berpikir reflektif inilah akan muncul gagasan-gasan baru untuk memulai siklus berikutnya dalam penelitian tindakan yang dilaksanakannya. Untuk mempermudah proses berpikir reflekstif ini, guru peneliti sebaiknya melakukannya secara bersama-sama dengan observer (pengamat teman sejawat). Pada tahapan ini secara kolaboratif guru peneliti dengan pengamat melakukan diskusi tentang, bagaimana hasil penerapan tindakan yang telah dilakukan, mengapa hal tertentu bisa terjadi, langkah apa yang nanti akan dilakukan? Dan seterusya. Hal ini penting karena setiap siklus baru dalam penelitian tindakan kelas (PTK) memang harus didasarkan pada kajian logis terhadap suatu situasi yang muncul dalam sebuah pembelajaran. Hasil proses refleksi ini kemudian dimanfaatkan untuk memodifikasi atau menyempurnakan perencanaan, tindakan, dan observasi yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya. Ini adalah tonggak awal untuk memulai siklus PTK yang baru sekaligus tonggak akhir penyelesaian siklus sebelumnya.

Demikian 4 tahapan pada sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh guru. Semoga bermanfaat. Wassalam.

Syarat dan Tata Cara Pengusulan Angka Kredit Guru IV/b Ke Atas

Ada syarat dan tata cara terbaru tentang pengusulan angka kredit guru dengan pangkat dan golongan IV/b ke atas. Ini didasarkan pada telah disosialisasikan dan diedarkannya Surat Edaran Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) No. 67506/A3.3/KP/2016 yang tertanggal 13 Desember 2016 barusan.

Jadi ini berarti sejak tanggal 1 Januari 2017, pengusulan angka kredit guru sebagaimana disebutkan di atas tidak lagi melalui surat ke Kotak Pos (PO.BOX) Dirjen GTK Kemdikbud (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Entah mengapa hal ini diberlakukan. Sebagai tambahan informasi, dari yang saya peroleh melalui kegiatan Diklat Pengembangan Karier PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) di pertengahan Mei 2016 lalu, bahwa berkas usulan penilaian angka kredit guru IV/b Ke Atas yang masuk ke Dirjen GTK melalui kotak pos tersebut mencapai 2000 berkas usulan. Ini kemungkinan menyebabkan personil penilai angka kredit guru di Dirjen GTK menjadi kewalahan. Dan diinformasikan juga bahwa berkas yang diterima pengusulannya hanya sekitar 200 berkas. Kebanyakan permasalahan yang menyebabkan ditolaknya usul angka kredit guru adalah isu plagiasi dan sebagainya, terkait karya tulis yang dilampirkan (bagian PKB - Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).

Bila nantinya penyampaian usulan angka kredit guru ini dilaksanakan di daerah (LPMP) yang ditunjuk sebagaimana Surat Edaran Kemdikbud dimaksud, maka tentunya akan lebih mempermudah guru dalam memperbaiki atau melengkapi usulan angka kreditnya jika terdapat kekurangan-kekurangan atau perlu perbaikan. Jadi menurut saya, ini justru akan mempermudah guru dari pangkat dan golongan IV/b ke Atas untuk proses pengusulan angka kredit mereka.
Download Surat Edaran Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tentang Pengusulan Angka Kredit Guru Golongan IV/b Ke Atas Nomor: 67506/A3.3/KP/2016 tanggal 13 Desember 2016 (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017).
Download Surat Edaran Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tentang Pengusulan Angka Kredit Guru Golongan IV/b Ke Atas Nomor: 67506/A3.3/KP/2016 tanggal 13 Desember 2016 (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017).

Pada saat usulan masih harus dikirim ke PO BOX Dirjen GTK, para guru tentu tidak bisa atau sangat sulit melacak apakah berkas usulan mereka sudah sampai atau tidak, apakah sudah dikoreksi atau tidak, dan kapan akan dikembalikan kepada guru yang bersangkutan. Jadi intinya ini justru untuk meningkatkan dan meperbaiki pelayanan kepada guru-guru yang ingin memperoleh kenaikan pangkat. Jadi keluarnya Surat Edaran Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) No. 67506/A3.3/KP/2016 yang tertanggal 13 Desember 2016 untuk Pengusulan Angka Kredit Guru Paada Pangkat dan Golongan IV/b Ke Atas ini patut diapresiasi dan disyukuri. Semoga semakin banyak guru-guru yang mampu mencapai pangkat dan golongan yang lebih tinggi hingga ke IV/c dan IV/d.

Lalu bagaimana dengan nasib berkas usulan yang masuk melalui PO BOX Dirjen GTK sampai tanggal 31 Desember 2016? Berkas-berkas yang sudah dikirim ke Jakarta tersebut akan tetap diproses dan diperiksa oleh Dirjen Pendidikan jenjang masing-masing. Dan jika ada berkas yang masuk sejak tanggal 1 Januari 2017 nanti tidak akan diproses lagi karena sudah bukan kewenangan Dirjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan) tetapi sudah dialihkan menjadi kewenangan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang telah ditunjuk sesuai daftar yang kami berikan di bawah ini.

Ada 25 LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang tersebar di beberapa provinsi untuk tempat pengusulan angka kredit guru ini. Berikut daftarnya:
  1. LPMP Jawa Timur untuk wilayah Jawa Timur
  2. LPMP Jawa Barat untuk wilayah Jawa Barat
  3. LPMP Jawa Tengah untuk wilayah Jawa Tengah
  4. LPMP DKI Jakarta untuk wilayah DKI Jakarta
  5. LPMP D.I. Yogyakarta untuk wilayah D.I. Yogyakarta
  6. LPMP Banten untuk wilayah Banten
  7. LPMP Aceh untuk wilayah Aceh
  8. LPMP Sumatera Utara untuk wilayah Sumatera Utara
  9. LPMP Sumatera Selatan untuk wilayah Sumatera Selatan
  10. LPMP Sumatera Barat untuk wilayah Sumatera Barat
  11. LPMP Riau untuk wilayah Riau
  12. LPMP Lampung untuk wilayah Lampung 
  13. LPMP Bengkulu untuk wilayah Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau
  14. LPMP Sulawesi Selatan untuk wilayah Sulawesi Selatan
  15. LPMP Sulawesi Utara untuk wilayah Sulawesi Utara
  16. LPMP Sulawesi Tenggara untuk wilayah Sulawesi Tenggara
  17. LPMP Sulawesi Barat untuk wilayah Sulawesi Barat
  18. LPMP Sulawesi Tengah untuk wilayah Sulawesi Tengah
  19. LPMP Gorontalo untuk wilayah Gorontalo
  20. LPMP Bali untuk wilayah Bali
  21. LPMPKalimantan Tengah untuk wilayah Kalimantan Tengah
  22. LPMP Kalimantan Selatan untuk wilayah Kalimantan Selatan
  23. LPMP Kalimantan Timur untuk wilayah  Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara
  24. LPMP Nusa Tenggara Barat untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
  25. LPMP Maluku untuk wilayah Maluku, Papua, Papua Barat, dan Maluku Utara
Adapun tata cara pengusulan berkas angka kredit guru pangkat/golongan IV/b ke atas adalah sebagai berikut:
  1. Berkas usulan diajukan kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud u.p. Kepala LPMP yang ditunjuk selaku Sekretariat Tim Penilai Pusat yang Berkedudukan di LPMP melalui PO BOX yang nanti akan diumumkan (ditentukan) kemudian.
  2. Berkas usulan kepada LPMP dapat diajukan mulai tanggal 15 Januari 2017
  3. Berkas usul penilaian dan penetapan angka kredit sebanyak 1 set terdiri atas: (a) DUPAK serta bukti fisiknya; (b) PAK terakhir; (c) Keputusan Kenaikan Pangkat Terakhir; (d) PPKP atau Penilaian Prestasi Kerja Pegawai untuk 1 tahun terakhir; (e) Karpeg; (f) Konversi NIP atau Nomor Induk Pegawai; (g) ijazah terakhir, yang jika belum diajukan angka kreditnya harus dilengkapi Surat Ijin Belajar dan harus dilampiri SK Tugas Belajar, SK Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional Guru sertaSK Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional Guru.
  4. Surat Laporan Hasil Penilaian Angka Kredit yang ditandatangani oleh Sekretaris Tim Penilai Pusat yang berkedudukan di Jakarta apabila ada.
Untuk lebih jelasnya, anda dapat mendownload Surat Edaran Kemdikbud tentang Pengusulan dan Penetapan Angka Kredit Guru Pangkat Golongan IV/b Ke Atas di bawah ini.

Download Surat Edaran Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) tentang Pengusulan Angka Kredit Guru Golongan IV/b Ke Atas Nomor: 67506/A3.3/KP/2016 tanggal 13 Desember 2016 (berlaku mulai tanggal 1 Januari 2017).

Youtube Channel Nove Hasanah Ditangguhkan

Rasanya sedih sekali, ketika 2 hari yang lalu mencoba membuka channel https://www.youtube.com/c/novehasanahh atau di https://www.youtube.com/channel/UC4aedYa3sMTnn6fWvTaMQWQ yang dibangun bertahun-tahun dan telah mempunyai 200 lebih video cara menggambar untuk anak TIDAK BISA DIBUKA karena DITANGGUHKAN (SUSPENDED!). Saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun (kecuali terjadi secara accidental/tanpa sengaja). Saya selalu mengikuti pedoman komunitas pengguna YOUTUBE. Bahkan beberapa bulan terakhir mulai terbangun komunikasi dengan beberapa subscriber yang loyal. Saya melayani pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan, memberikan dan membuat beberapa video tentang cara menggambar yang mereka inginkan agar saya buat. Sekitar 1600 subscriber tentunya tak bisa lagi menonton video-video tersebut, juga pengguna yang lain. Saya belum pernah menerima goole strike karena melakukan pelanggaran apapun. Apakah ini kesalahan mesin google dan youtube? Saya tidak tahu pasti.

Please, youtube. Give my channel back to me.


Dan, untuk blog ini juga ada keanehan. Setelah akun youtube disuspend, ketika saya masuh ke dashboard blogger, ternyata saya menemukan bahwa pemilik blog ini tertulis UNKNOWN. Dulunya tentu tertulis Nove Hasanah di sana. Saya tidak tahu apakah saya juga bakalan kehilangan blog ini dan keseluruhan akun-akun saya di google.

Apakah ada yang dapat menolong saya?
Saya sudah mengirimkan appeal (pengajuan) ke google dan berdoa semoga penangguhan akun saya direview ulang dan kemudian dikembalikan ke saya.

Feeling so sad today.
nove211182hasanah@gmail[dot]com
https://plus.google.com/+novehasanahh

Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

Tes tentunya tidak hanya sebagai alat untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Akan tetapi, tes hasil belajar juga seharusnya dapat membantu dan menjadi penguatan beragam aspek dalam pembelajaran. Tes dapat membantu baik guru maupun peserta didik itu sendiri, misalnya untuk mengecek kesiapan belajar, memonitor proses pembelajaran, mendiagnosis kesulitan belajar, serta mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Tes adalah alat yang paling umum digunakan dalam mengukur hasil belajar peserta didik di kelas. Sayangnya, beberapa guru tidak sampai kepada pemahaman beragam fungsi tes yang lain selain sebagai alat evaluasi hasil belajar, sebagaimana fungsi-fungsi yang disebutkan di atas. Dan untuk memperoleh alat atau tes yang bagus guru haruslah memahami bagaimana cara mengembangkan tes dengan baik dan benar. Seseungguhnya, fungsi dari tes adalah untuk  meningkatkan proses pembelajaran peserta didik. Itu adalah esensi sebenarnya dari suatu tes.

Bagaimana melakukan tes di saat proses pembelajaran?
Telah disebutkan di atas bahwa tes adalah alat yang sangat bermanfaat sebagai alat bantu belajar. Karena itu sangatlah penting untuk menjadikan tes sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Itulah sebabnya tes harus dirancang bersama-sama perancangan proses pembelajaran. Jika kita memperhatikan urutan sebuah proses pembelajaran, maka kita akan menemukan 3 bagian utama pembelajaran, yaitu: pendahuluan, pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan di akhir pembelajaran. Jika guru ingin tes bermanfaat dalam proses pembelajaran dan meliputi ketiga tahap ini, maka ia harus merancang pertanyaan-pertanyaan untuk ketiga bagian utama proses pembelajaran tadi dengan tujuan tes (pertanyaan-pertanyaan) itu masing-masing.

Tes adalah alat yang paling umum digunakan dalam mengukur hasil belajar peserta didik di kelas. Sayangnya, beberapa guru tidak sampai kepada pemahaman beragam fungsi tes yang lain selain sebagai alat evaluasi hasil belajar.
tes sebagai alat bantu pembelajaran


Tes di Kegiatan Awal (Pendahuluan) Pembelajaran

Pada tahapan kegiatan awal (pendahuluan) pembelajaran ini guru harus memperhatikan dua hal, yaitu pengetahuan atau keterampilan apakah yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti pembelajarannya, dan yang kedua akan dikembangkan ke arah mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran nanti.

Untuk mengetahui pengetahuan atau keterampilan apa saja yang telah dikuasai atau dimiliki oleh peserta didik guru dapat melakukan pretes. Tes ini (pretes) dimaksudkan untuk melihat bagaimana kesiapan peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Tes untuk ini diberikan pada awal sekali pada suatu unit atau kompetensi dasar tertentu. Melalui pretes peserta didik dapat diketahui apakah sudah menguasai pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki untuk melanjutkan proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar.

Untuk mengetahui dikembangkan ke arah mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik, guru kemudian dapat memberikan tes penempatan. Tes semacam ini diperlukan untuk mengetahui jangan-jangan ada peserta didik yang telah menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan yang akan diajarkan. Dengan tes penempatan, guru dapat menentukan apakah peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya secara lebih mendalam. Peserta didik yang telah menguasai pengetahuan dan keterampilan  yang akan diajarkan dapat ditempatkan pada kelompok advanced (tingkat lanjut) dan dibedakan dari peserta didik yang lainnya.

Sebenarnya tes penempatan tidak selalu dibutuhkan pada suatu proses pembelajaran. Jika guru telah mengenal seluruh anggota kelasnya dengan baik, maka biasanya guru akan tahu mana-mana saja peserta didik yang memang dapat dikategorikan ke dalam kelompok tingkat lanjut ini. Tes penempatan sangat bermanfaat bagi guru jika ia belum mengenal peserta didik di kelasnya dengan baik.
Baca Juga: Metode-Metode dalam Psikologi Pendidikan

Tes Pada Saat Proses Pembelajaran Berlangsung

Pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka guru dapat melakukan paling tidak 2 jenis tes, yaitu tes formatif dan tes diagnostik. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka ada 2 pertanyaan penting yang harus dijawab oleh seorang guru, yaitu pertama: pada tugas pembelajaran yang mana peserta didik telah mengalami kemajuan yang memuaskan, dan pada tugas pembelajaran mana peserta didik masih memerlukan bantuan, dan pertanyaan kedua adalah: peserta didik yang mana saja yang mengalami hambatan dalam proses belajar sehingga membutuhkan remedial?

Ketika guru ingin menjawab pertanyaan pertama, maka guru dapat melakukan tes yang disebut sebagai tes formatif. Tes formatif dapat didefinisikan sebagai tes yang diberikan kepada peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kemajuan pembelajaran peserta didik pada suatu segmen pembelajaran tertentu. Pada praktiknya di sekolah guru sering menyebut tes formatif sebagai ulangan harian. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai kuis di akhir bab atau sebuah unit pembelajaran. Hasil tes ini harus digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, dan sebaiknya bukan sebagai alat untuk menghakimi peserta didik. Dengan tes formatif guru dapat menyesuaikan pembelajarannya sehingga semua peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai potensi mereka masing-masing. Jika pada tes formatif ada peserta didik yang gagal, maka guru harus mengajarkan ulang (memberikan pelajaran remedial) kepada mereka sembari memberikan pembelajaran pengayaan kepada peserta didik lain yang telah sukses.

Nah, selanjutnya ketika pembelajaran remedial telah diberikan (pelajaran yang diulang) untuk peserta didik yang mengalami kegagalan di tes formatif masih mengalami kegagalan lagi, maka saatnya guru harus melakukan tes diagnostik. Tes diagnostik ini dilakukan untuk menyelidiki secara lebih mendalam mengapa seorang atau beberapa peserta didik mengalami kegagalan dalam pelajarannya padahal telah dilakukan remedial. Tes diagnostik berupaya mencari penyebab-penyebab kegagalan yang terjadi. Misalnya saja, pada seorang peserta didik, dalam pembelajaran tentang hukum Coulomb (fisika) perlu didiagnosa di mana kesulitan peserta didik tersebut sehingga kesulitan menjawab soal-soalnya, apakah karena ia tidak mampu dalam perkalian, pembagian, perkalian bingan berpangkat, mencari akar kuadrat, atau apakah karena tidak memahami konsep dasar fisikanya. Setelah permasalahan yang dihadapi peserta didik diketahui, maka guru dapat memberikan bantuan yang lebih tepat dan efektif untuk setiap peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Walaupun seakan-akan terlihat mirip tujuan antara tes formatif dengan tes diagnostik, dapat digarisbawahi bahwa untuk tes diagnostik bertujuan untuk menyelidiki secara lebih mendalam sebab-sebab kesulitan dan hambatan belajar pada peserta didik.
Baca juga: Cara Membuat Soal Online di Google Drive

Tes Pada Akhir Pembelajaran

Di akhir proses pembelajaran dilakukan sebuah tes yang disebut sebagai tes sumatif. Tes ini secara praktik dilakukan oleh guru misalnya pada akhir pertengahan semester, di akhir semester, di akhir tahun. Tes ini penting untuk menjawab pertanyaan seperti: Apakah peserta didik telah menguasai  tugas-tugas belajar untuk suatu mata pelajaran? Apa grade yang harus diberikan kepada peserta didik itu? Ciri khas tes sumatif adalah cakupan materi pembelajaran yang luas dan banyak. Secara umum, tes sumatif lebih banyak digunakan untuk keperluan grading (perankingan) atau menentukan naik kelas/tidak naik kelas, namun demikian hasil tes sumatif sebenarnya tetap dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu proses pembelajaran. Tentu saja efektivitas di sini adalah dalam rentang waktu yang lebih panjang misal setengah semester, satu semester, atau satu tahun pelajaran.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...