Rubrik Penilaian Presentasi Siswa

Di kelas, siswa sudah seharusnya belajar melakukan presentasi. Biasanya presentasi dilakukan secara berkelompok ataupun secara perorangan. Keterampilan siswa melakukan presentasi seharusnya juga diberikan penilaian sehingga guru dapat terus meningkatkan kemampuan mereka dengan memberikan umpan balik yang bermutu dalam proses pembelajaran.

Berikut ini saya berikan contoh rubrik penilaian presentasi siswa yang bisa digunakan untuk beberapa tingkatan kelas yang sesuai.

Download Rubrik Penilaian Presentasi Siswa


Rubrik penilaian presentasi
Rubrik Penilaian Presentasi

Kemampuan siswa melakukan presentasi dapat dilihat dari beragam aspek seperti: 

  1. isi materi presentasi
  2. penyampaian
  3. gaya/penampilan
  4. media yang digunakan
  5. interaksi dengan audiens
  6. waktu yang dipergunakan
Aspek-aspek di atas dapat lagi dibagi menjadi sub-sub aspek seperti:

  1. isi materi presentasi, meliputi sub aspek 
  2. penyampaian, meliputi sub aspek kelengkapan materi, kesesuaian dengan topik presentasi, serta didukung oleh fakta atau data yang benar.
  3. gaya/penampilan, meliputi sub aspek memiliki kepercayaan diri, melakukan kontak mata dengan audiens, suara jelas, dan menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
  4. media yang digunakan, meliputi sub aspek media menarik minat audiens, jelas dan mendukung kejelasan untuk pemahaman paparan yang diberikan
  5. interaksi dengan audiens, meliputi sub aspek memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan audien, dan memiliki sikap terbuka terhadap pendapat audiens.
  6. waktu yang dipergunakan, meliputi sub aspek penggunaan waktu sesuai tidak kelebihan atau kekurangan waktu, tidak nampak terburu-buru, tidak bertele tele.
Bapak/ibu guru dapat menilai dari aspek lain yang mungkin dianggap penting selain yang disebutkan di atas. 

Demikian, rubrik penilaian presentasi siswa, semoga bermanfaat.

Rubrik Penilaian Pantun

Sebelum kita memberikan rubrik penilaian pantun, ada baiknya kita mengenali dulu apakah pantun itu? 

Pantun adalah salah satu puisi tradisional khas melayu yang populer hingga saat ini di semua kalangan. Pantun mempunyai pola sajak a-b-a-b, Pola sajak a-b-a-b yang dimaksud di sini adalah suku kata atau huruf akhir dari kata yang dipakai diujung larik/baris mempunyai kesamaan bunyi. Perhatikan contoh satu bait berikut:

Asam kandis asam gelugur (pola sajak a)

Ketiga asam si riang-riang (pola sajak b)

Menangis mayat di pintu kubur (pola sajak a)

Mengingat badan tidak sembahyang  (pola sajak b)

Pada pantun tersebut kita bisa melihatbahwa pantun adalah puisi yang tradisional yang terdiri dari 4 baris/larik. Ke-empat baris ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah 2 baris pertama yang berfungsi memberikan gambaran akan bagaimana nanti bunyi (pola sajak) untuk isi pantun. Sampiran seringkali tidak berhubungan dengan isi. Tetapi kedua baris sampiran saling berbubungan.

Asam kandis asam gelugur  (sampiran baris 1)

Ketiga asam si riang-riang (sampiran baris 2)

Menangis mayat di pintu kubur (isi baris 3)

Mengingat badan tidak sembahyang (isi baris 4)

Perhatikan pula antar kedua baris isi saling berhubungan. Pada bagian isi inilah pesan atau tujuan pesan disampaikan. Sementara pada bagian sampiran (baris 1 dan 2) memperindah pantun yang dibentuk. 

Setiap baris dari pantun terdiri dari 8 -12 suku kata. Perhatikan jumlah suku kata pada contoh pantun tersebut.

Asam  kandis  asam  gelugur (jumlah suku kata = 9 buah)

Ketiga  asam  si  riang-riang (jumlah suku kata = 10 buah )

Menangis  mayat  di  pintu  kubur (jumlah suku kata = 10 buah)

Mengingat  badan  tidak  sembahyang (jumlah suku kata = 10 buah)

Nah jadi pantun harusnya memiliki struktur yang benar, memiliki tema tertentu, terdapat keindahan bahasa, mengandung pesan tertentu dengan jelas, dan terdapat orosinalitas dan kreativitas di dalamnya. 

Pantun bisa disusun dalam beberapa bait (1 bait terdiri dari 4 baris). 

Baiklah, sesuai dengan judul postingan saya hari ini yaitu rubrik penilaian pantun, berikut adalah contoh rubrik penilaian pantun yang dapat kita gunakan untuk menilai pantun yang dibuat oleh siswa:

Rubrik Penilaian Pantun

Demikian contoh rubrik penilaian pantun, semoga bermanfaat.

Baca juga:

Cerita Rakyat: Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

Dongeng: Sendok Kecil yang Terabaikan

Di sebuah dapur di rumah sebuah keluarga, ada sebuah sendok kecil yang merasa diabaikan daan tak berguna. Dia sangat sedih. Sendok kecil diletakkan di dalam sebuah laci paling atas tempat cuci piring. Laci yang sangat jarang dibuka. Sudah lama dia merasa diabaikan dan tak berguna di rumah itu. 

"Sedih. Aku sedih sekali. Aku merasa sangat diabaikan dan tak berguna. Aku sudah lama diletakkan di laci atas ini. Gelap dan sendirian."

Pada akhirnya, di suatu malam, sendok kecil itu telah mengambil sebuah keputusan yang berani. 

Perlahan-lahan berusaha mendorong laci itu. Sangat berat. Tetapi ia berusaha mengerahkan semua tenaganya. Sampai akhirnya, dia berhasil juga.

"Aku akan melompat. Lebih baik aku pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak diperlukan lagi di sini. Tidak punya teman dan kesepian."

Hup....! Sendok kecil itu melompat keluar laci. Dia jatuh di dekat bak cuci piring. Bunyinya mendenting ketika sendok kecil jatuh di sisi bak cuci dari bahan porselen.

"Hei... Siapa itu, malam-malam bikin berisik!" Terdengan seruan didekatnya. 

Sendok kecil bangun dan berdiri. Rupanya pisau dapur kaget mendengar suara saat Sendok Kecil terjatuh tadi. Mata Pisau Dapur menatapnya tajam.

"Maaf, kalau aku telah mengganggu tidurmu hai Pisau yang tajam," kata Sendok Kecil bergetar takut. 

Mendengar bentakan Pisau Dapur, semua barang-barang lain di dapur itu terbangun. 

"Piring Besar yang baru saja membuka matanya bertanya, "kenapa kau melompat hai Sendok Kecil?" Suaranya besar dan sengau, tetapi tidak menakutkan seperti bentakan Pisau Dapur tadi.

Sendok Kecil mundur beberapa langkah, saat semua mata benda-benda di dapur itu menatapnya dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Iya, mengapa kau melompat dari laci malam-malam hai Sendok Kecil?" tanya Centong Sayur dengan lembut. 

"A.... aku... mau pergi. Aku sudah lama diabaikan. Aku tak berguna di rumah ini. Aku tidak pernah digunakan, lagi. Tidak seperti kalian, sering dipakai untuk makan dan memasak di dapur ini." Jawab Sendok Kecil dengan sedih.

"Oh begitu." kata Centong Sayur dengan pandangan sedih kepadanya.

"Ha...haha....ha...." Mug Porselen tertawa dengan keras mendengar jawabannya. "Kamu pikir kami semua ini selalu dipakai setiap hari? Tidak Sendok Kecil."

"Tidak semua dari kami selalu dipakai hai Sendok Kecil." tambah Nampan Hijau yang bersandar di dinding. Dia berada agak ke sudut dan tampak sedikit berdebu.

Dongeng Sendok Kecil yang Terabaikan
Sendok Kecil yang Terabaikan


"Aku tidak yakin," kata Sendok Kecil. Dia tidak percaya kata-kata Nampan Hijau itu.

"Baiklah, kalau kau tidak percaya. Sekarang aku akan bertanya kepada semua teman-teman di sini kapan mereka terakhir digunakan." kata Nampan Hijau lagi. "Parutan Kelapa, kapan terakhir kamu digunakan untuk memasak?"

Parutan Kelapa menjawab, "Aku sudah lupa, mungkin beberapa bulan yang lalu. Lebih dari 4 bulan yang lalu. Terakhir saya dipakai waktu Ibu membuat santan untuk kolak." Parutan Kelapa yang agak berkarat itu meneteskan air mata. "Sekarang Ibu lebih suka menggunakan santan instan dalam kemasan. Jadi Ibu tidak perlu lagi memarut kelapa untuk membuat santan.

"Bagaimana denganmu, Piring Besar?" tanya Nampan Hijau.

"Aku dipakai 6 bulan yang lalu, Saat itu Ibu menggunakanku untuk meletakkan buah-buahan yang baru dibelinya dari pasar." Jawab Piring Besar dengan sedih. "Kau lihatlah, ada banyak piring di dapur ini. Ibu bisa memilih dan menggunakan yang mana saja yang dia suka."

"Kalau kamu, kapan terakhir digunakan Ibu hai Loyang Bolu?" tanya Nampan Hijau.

"Aku digunakan untuk membuat bolu tapai setahun yang lalu," jawab Loyang Bolu dengan tersenyum.

"Tahukah kau hai Sendok Kecil, aku sendiri sudaah beberapa tahun tidak digunakan. Aku hanya seperti pajangan di dapur ini." kata Nampan Hijau.

Sendok Kecil sekarang paham. Tidak semua benda di dapur itu digunakan. Bahkan beberapa dari mereka ada yang telah bertahun-tahun tidak dipakai.

"Jangan bersedih hai Sendok Kecil. Semua benda di dapur ini bermanfaat. Memang tidak semua akan sering digunakan oleh Ibu. Tetapi bukan berarti kita diabaikan dan tidak berguna." kata Nampan Hijau menjelaskan.

Sendok Kecil mengangguk-angguk. 

"Jika kamu kesepian di atas sana, bergabunglah bersama kami di sini. Mari bersandar di dekatku hai Sendok Kecil." Pisau Dapur menawarkan tempat di dekatnya.

"Baiklah, aku sekarang percaya dengan kalian. Aku tidak akan sedih lagi. Bersama kalian, aku tidak akan kesepian." kata Sendok Dapur dengan lega.

Sejak saat itu, Sendok Kecil berkumpul dengan benda-benda lainnya. Beberapa hari setelah kejadian itu, Sendok Kecil digunakan oleh Ibu. Dia digunakan untuk makan es krim yang lembut dan manis bersama sebuah mangkuk kecil. Hatinya sangat gembira. Semua teman-temannya yang lain ikut gembira. 

Baca Juga:

Cerita Dunia: Dongeng Pangeran Kodok

Cerita Dunia: Dongeng Putri Duyung

Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) Menurut Kemdikdasmen

Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) Menurut Kemdikdasmen

Perhatikan Diagram Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) menurut Kemdikdasmen berikut ini.


Beberapa waktu yang lalu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah merilis kerangka kerja pembelajaran mendalam yang terdiri dari 5 lingkaran. Kerangka kerja ini menunjukkan bagaimana pembelajaran mendalam (deep learning) yang digagas oleh Mendikdasmen Abdul Mu'ti terkait implementasinya di sekolah-sekolah, meliputi 8 dimensi profil lulusan, prinsip pembelajaran yang digunakan, pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa, dan kerangka pembelajarannya sendiri.

Sebagai inti dari kerangka kerja ini, tentu saja adalah pembelajaran mendalam (deep learning) itu sendiri. Deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki 3 pilar penting yaitu mindful learning (pembelajaran berkesadaran), meaningful learning (pembelajaran bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan).

Video 8 Profil Lulusan Berdasarkan Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam Kemendikdasmen


Melalui pembelajaran mendalam ini, selain menguasai kompetensi lulusan, diharapkan nantinya siswa akan memiliki dimensi profil lususan yang:

  1. Memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
  2. Memiliki sifat Kewargaan yang baik
  3. Kreatif
  4. Mandiri
  5. Kemampuan Berkomunikasi yang baik
  6. Memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik
  7. Bisa berkolaborasi
  8. mempunyai penalaran yang kritis

Dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah pembelajaran bermakna harus mengakomodasi prinsip-prinsip:

  1. Berkesadaran (Mindful)
  2. Bermakna (Meaningful)
  3. Menyenangkan/menggembirakan (Joyful)
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa harus melewati tahapan-tahapan bersiklus yang dimulai dari memahami, mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh, dan kemudian melakukan refleksi atas pembelajarannya. 

Kesemua hal di atas dilakukan dalam kerangka praktik pedagogis yang sesuai, lingkungan belajar yang mendukung, pemanfaatan digital dan kemitraan pembelajaran.

Baca Juga:

Apakah itu Gangguan Belajar Disgrafia (Dysgraphia)

NoveHasanah.Blogspot.Co.Id
Beragam gangguan belajar dapat dialami anak didik di sekolah. Karena itu, seorang guru haruslah paham beberapa gangguan belajar yang mungkin diderita anak. Jadi tidak semata-mata menyalahkan kondisi mereka, orang tua, atau keluarga yang tidak mau membantu mereka belajar. Jika tidak cermat, guru bisa saja mencap si anak bodoh atau idiot. Padahal kenyataannya, mereka mungkin menderita suatu kelainan yang harus ditangani dengan lebih serius dan sabar. Misalnya disgrafia (dysgraphia).

Disgrafia
Apa yang dimaksud dengan disgrafia (dysgraphia) itu?

Disgrafia adalah suatu kesulitan yang dialami seseorang ketika ingin menuliskan pemikiran mereka ke dalam bentuk bahasa tulis (tulisan). Penderita disgrafia juga memiliki kelemahan dalam hal koordinasi motorik halus pada tangan atau jari-jari mereka yang tentu sangat penting untuk kemampuan menulis mereka. Gangguan ini mungkin jika tidak teramati dengan jeli, bisa dikira guru sebagai suatu kelemahan biasa yang dialami anak karena kurang belajar menulis. Karena malas atau bodoh. Padahal sejatinya, anak-anak atau siswa ini memang mengalami gangguan khusus yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lainnya. Akibatnya, anak-anak dengan gangguan disgrafia semakin sulit belajar karena keadaannya itu.

Sebagai anak berkebutuhan khusus, para penderita disgrafia sebenarnya bukanlah anak yang malas atau bodoh, walaupun jika kondisi dibiarkan atau tidak terdeteksi tentu akan membuat mereka menjadi frustasi dan menjadi malas. Pada akhirnya tertinggal kesempatan belajarnya dibanding kawan-kawannya yang lain akibat hambatan dalam menulis ini.

Anak-anak disgrafia biasanya dapat berbicara dengan normal sebagaimana anak-anak lain. Hal ini membedakan mereka dengan anak-anak dengan kemampuan intelektual yang lebih rendah. Beberapa anak dengan disgrafia malah tampak tekun dan rajin belajar. Mereka hanya kesulitan menulis. Itu saja.

Bagaimana Cara Mendeteksi Anak dengan Disgrafia di Kelas?

Anak-anak yang mengalami disgrafia dapat dibedakan dari anak-anak lainnya dengan cara melakukan pengamatan secara seksama. Ini tidak mudah jika si guru tidak atau kurang aware dengan keadaan murid murid di kelas yang diampunya.

Seringkali anak-anak dengan kelainan disgrafia mempunyai kemampuan verbal yang sangat bagus. Mereka pandai berbicara (berbahasa secara lisan). Akan tetapi, ketika mereka diminta menulis, maka tampaklah bahwa mereka merupakan anak-anak berkebutuhan khusus (childreen with special need). Tulisan mereka seringkali tanpa tanda baca. Ada kosa kata yang hilang, atau huruf-huruf yang hilang, terbalik, tertinggal, dan semacamnya. Ketika mereka diminta menulis, maka tulisan mereka tampak kacau balau. Ini tentu saja sangat mencolok berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam hal lainnya yang normal-normal saja.

Kadangkala, pola tulisan mereka juga tidak beraturan. Kadang-kadang mereka menulis dengan miring ke kiri, sesekali miring ke kanan atau tegak. Mereka berbicara sendiri saat menulis dan prosesnya sangat lambat jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Selain itu mereka juga seringkali tidak memberikan spasi antarkata sehingga kalimat yang ditulis menjadi satu kesatuan yang sulit dibaca, apalagi jika ada kata yang tidak ditulis atau huruf yang tidak ditulis.

Guru dapat memperhatikan bagaimana cara anak disgrafia memegang pensil. Ketidaklenturan kemampuan motorik halus mereka untuk menulis terlihat jelas dari cara mereka memegang pensil atau pulpen. Akibatnya tulisan mereka lebih jelek dari tulisan anak anak lainnya. Memang banyak ahli menganggap bahwa disgrafia dapat terjadi karena trauma kepala yang menyebabkan saraf-saraf yang bekerja untuk motorik halus tangan mengalami gangguan. Trauma pada bagian kepala yang mengenai saraf-saraf ini dapat disebabkan oleh penyakit atau benturan yang mengakibatkan kerusakan pada bagian saraf kepala bagian kiri - depan yang berhubungan dengan kemampuan menulis seseorang. Disgrafia ini jika tidak ditangani dengan serius dapat berlanjut bahkan hingga anak menjadi dewasa. Ini tentu sangat fatal karena mereka akan mengalami kesulitan ketika berada di tengah-tengah masyarakat dan dunia kerja.

Ketika penanganan anak dengan disgrafia cepat dan tepat dilakukan, maka dengan demikian, guru telah menolong mereka mengatasi masalah (yang bisa saja menjadi masalah utama) dalam belajar mereka. Strategi yang tepat dan dilakukan sejak dini ketika terdeteksi akan membantu anak bebas dari disgrafia. Ini akan membantu mereka terlepas dari keputusasaan karena hambatan dalam menulis yang merupakan sebuah modality penting untuk proses belajar seseorang.

Baca Juga:

Deep Learning dalam Pembelajaran

Apa Tujuan Deep Learning?

Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan menengah, Bapak Abdul Mu'ti, deep learning bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih menenyangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Deep learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dengan penerapannya di kelas-kelas diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat (peningkatan kapasitas belajar). Deep learning bukan kurikulum sebagaimana banyak orang telah salah menangkap apa yang disampaikan oleh Abdul Mu'ti di awal jabatannya sebagai mendikdasmen. Jadi sampai saat ini kurikulum yang berlaku di sekolah-sekolah masih Kurikulum Merdeka dan tentu masih dalam pengkajian apakah perlu perubahan atau tidak. Jika ada perubahan, bagian-bagian mana yang perlu dirubah haruslah melalui pengkajian dan evaluasi terlebih dahulu. Deep learning harus dilaksanakan dalam cakupan materi yang sempit agar siswa dapat mengekplorasi secara mendalam konsep-konsep yang sedang dipelajarinya.

Deep Learning menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti
Deep Learning? Apa yang dimaksud pendekatan deep learning?

Apa Saja 3 Elemen (Pilar) Deep Learning itu (Pembelajaran Mendalam)?

Tiga elemen deep learning adalah Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning.

# Apa yang Dimaksud dengan Mindful Learning (Pembelajaran Berkesadaran Penuh)?

Mindful learning artinya pembelajaran diberikan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai karakteristik/latar belakang siswa yang berbeda-beda. Pencetus Mindful Learning adalah Ellen J. Langer adalah seorang psikolog dari Amerika. Menurut Langer, pembelajaran harus terjadi dengan kesadaran penuh dari pebelajar (siswa), bahwa konteks dan sifat informasi yang selalu berubah-ubah. Pembelajaran tanpa kesadaran penuh akan berbuah kegagalan.

# Apa yang Dimaksud dengan Meaningful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)?

Meaningful learning dimaksudkan agar dalam pembelajaran guru dapat mendorong siswa untuk berpikir dan lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Pencetus meaningful learning adalah David Paul Ausubel, seorang psikolog dari Amerika (25 Oktober 1918 - 9 Juli 2008). Teeori belajar meaningful learning sering disebut juga Teori Ausubel. David Ausubel menekankan pentingnya pembelajaran bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum pembelajaran dimulai. 

# Apa yang Dimaksud dengan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)?

Joyful learning dimaksudkan agar siswa mengalami pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga membuat mereka terus termotivasi untuk belajar. Di dalam pembelajaran yang menyenangkan siswa memiliki kesempatan untuk mengalami kejutan emosi yang menyenangkan, memupuk rasa ingin tahu mereka, sambil berinteraksi dengan konten yang bermakna melalui komunitas teman sekelas dan guru yang mendukung.

Jadi melalui pendekatan deep learning ini diharapkan siswa akan dapat mendapatkan pemahaman bermakna dan mendalam terhadap berbagai konsep. Melalui pendekatan deep learning, siswa akan mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi, menghubungkan teori dengan dunia nyata (real life world). Dalam pendekatan pembelajaran deep learning guru seharusnya dapat memberdayakan siswa untuk berpikir lebih dalam dan memecahkan masalah-masalah, berpikir kreatif dan kritis.