Beragam gangguan belajar dapat dialami anak didik di sekolah. Karena itu, seorang guru haruslah paham beberapa gangguan belajar yang mungkin diderita anak. Jadi tidak semata-mata menyalahkan kondisi mereka, orang tua, atau keluarga yang tidak mau membantu mereka belajar. Jika tidak cermat, guru bisa saja mencap si anak bodoh atau idiot. Padahal kenyataannya, mereka mungkin menderita suatu kelainan yang harus ditangani dengan lebih serius dan sabar. Misalnya disgrafia (dysgraphia).
Apa yang dimaksud dengan disgrafia (dysgraphia) itu?
Disgrafia adalah suatu kesulitan yang dialami seseorang ketika ingin menuliskan pemikiran mereka ke dalam bentuk bahasa tulis (tulisan). Penderita disgrafia juga memiliki kelemahan dalam hal koordinasi motorik halus pada tangan atau jari-jari mereka yang tentu sangat penting untuk kemampuan menulis mereka. Gangguan ini mungkin jika tidak teramati dengan jeli, bisa dikira guru sebagai suatu kelemahan biasa yang dialami anak karena kurang belajar menulis. Karena malas atau bodoh. Padahal sejatinya, anak-anak atau siswa ini memang mengalami gangguan khusus yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lainnya. Akibatnya, anak-anak dengan gangguan disgrafia semakin sulit belajar karena keadaannya itu.Sebagai anak berkebutuhan khusus, para penderita disgrafia sebenarnya bukanlah anak yang malas atau bodoh, walaupun jika kondisi dibiarkan atau tidak terdeteksi tentu akan membuat mereka menjadi frustasi dan menjadi malas. Pada akhirnya tertinggal kesempatan belajarnya dibanding kawan-kawannya yang lain akibat hambatan dalam menulis ini.
Anak-anak disgrafia biasanya dapat berbicara dengan normal sebagaimana anak-anak lain. Hal ini membedakan mereka dengan anak-anak dengan kemampuan intelektual yang lebih rendah. Beberapa anak dengan disgrafia malah tampak tekun dan rajin belajar. Mereka hanya kesulitan menulis. Itu saja.
Bagaimana Cara Mendeteksi Anak dengan Disgrafia di Kelas?
Anak-anak yang mengalami disgrafia dapat dibedakan dari anak-anak lainnya dengan cara melakukan pengamatan secara seksama. Ini tidak mudah jika si guru tidak atau kurang aware dengan keadaan murid murid di kelas yang diampunya.Seringkali anak-anak dengan kelainan disgrafia mempunyai kemampuan verbal yang sangat bagus. Mereka pandai berbicara (berbahasa secara lisan). Akan tetapi, ketika mereka diminta menulis, maka tampaklah bahwa mereka merupakan anak-anak berkebutuhan khusus (childreen with special need). Tulisan mereka seringkali tanpa tanda baca. Ada kosa kata yang hilang, atau huruf-huruf yang hilang, terbalik, tertinggal, dan semacamnya. Ketika mereka diminta menulis, maka tulisan mereka tampak kacau balau. Ini tentu saja sangat mencolok berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam hal lainnya yang normal-normal saja.
Kadangkala, pola tulisan mereka juga tidak beraturan. Kadang-kadang mereka menulis dengan miring ke kiri, sesekali miring ke kanan atau tegak. Mereka berbicara sendiri saat menulis dan prosesnya sangat lambat jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Selain itu mereka juga seringkali tidak memberikan spasi antarkata sehingga kalimat yang ditulis menjadi satu kesatuan yang sulit dibaca, apalagi jika ada kata yang tidak ditulis atau huruf yang tidak ditulis.
Guru dapat memperhatikan bagaimana cara anak disgrafia memegang pensil. Ketidaklenturan kemampuan motorik halus mereka untuk menulis terlihat jelas dari cara mereka memegang pensil atau pulpen. Akibatnya tulisan mereka lebih jelek dari tulisan anak anak lainnya. Memang banyak ahli menganggap bahwa disgrafia dapat terjadi karena trauma kepala yang menyebabkan saraf-saraf yang bekerja untuk motorik halus tangan mengalami gangguan. Trauma pada bagian kepala yang mengenai saraf-saraf ini dapat disebabkan oleh penyakit atau benturan yang mengakibatkan kerusakan pada bagian saraf kepala bagian kiri - depan yang berhubungan dengan kemampuan menulis seseorang. Disgrafia ini jika tidak ditangani dengan serius dapat berlanjut bahkan hingga anak menjadi dewasa. Ini tentu sangat fatal karena mereka akan mengalami kesulitan ketika berada di tengah-tengah masyarakat dan dunia kerja.
Ketika penanganan anak dengan disgrafia cepat dan tepat dilakukan, maka dengan demikian, guru telah menolong mereka mengatasi masalah (yang bisa saja menjadi masalah utama) dalam belajar mereka. Strategi yang tepat dan dilakukan sejak dini ketika terdeteksi akan membantu anak bebas dari disgrafia. Ini akan membantu mereka terlepas dari keputusasaan karena hambatan dalam menulis yang merupakan sebuah modality penting untuk proses belajar seseorang.
Baca Juga:
No comments :
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar di http://novehasanah.blogspot.com
Komentar anda adalah apresiasi bagi kami, karena itu berkomentarlah dengan sopan.
Mohon untuk tidak meninggalkan link aktif pada kolom komentar.