Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) Menurut Kemdikdasmen

Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) Menurut Kemdikdasmen

Perhatikan Diagram Kerangka Kerja Deep Learning (Pembelajaran Mendalam) menurut Kemdikdasmen berikut ini.


Beberapa waktu yang lalu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah merilis kerangka kerja pembelajaran mendalam yang terdiri dari 5 lingkaran. Kerangka kerja ini menunjukkan bagaimana pembelajaran mendalam (deep learning) yang digagas oleh Mendikdasmen Abdul Mu'ti terkait implementasinya di sekolah-sekolah, meliputi 8 dimensi profil lulusan, prinsip pembelajaran yang digunakan, pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa, dan kerangka pembelajarannya sendiri.

Sebagai inti dari kerangka kerja ini, tentu saja adalah pembelajaran mendalam (deep learning) itu sendiri. Deep learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki 3 pilar penting yaitu mindful learning (pembelajaran berkesadaran), meaningful learning (pembelajaran bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan).

Video 8 Profil Lulusan Berdasarkan Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam Kemendikdasmen


Melalui pembelajaran mendalam ini, selain menguasai kompetensi lulusan, diharapkan nantinya siswa akan memiliki dimensi profil lususan yang:

  1. Memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
  2. Memiliki sifat Kewargaan yang baik
  3. Kreatif
  4. Mandiri
  5. Kemampuan Berkomunikasi yang baik
  6. Memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik
  7. Bisa berkolaborasi
  8. mempunyai penalaran yang kritis

Dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah pembelajaran bermakna harus mengakomodasi prinsip-prinsip:

  1. Berkesadaran (Mindful)
  2. Bermakna (Meaningful)
  3. Menyenangkan/menggembirakan (Joyful)
Pengalaman belajar yang diperoleh siswa harus melewati tahapan-tahapan bersiklus yang dimulai dari memahami, mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh, dan kemudian melakukan refleksi atas pembelajarannya. 

Kesemua hal di atas dilakukan dalam kerangka praktik pedagogis yang sesuai, lingkungan belajar yang mendukung, pemanfaatan digital dan kemitraan pembelajaran.

Baca Juga:

Apakah itu Gangguan Belajar Disgrafia (Dysgraphia)

NoveHasanah.Blogspot.Co.Id
Beragam gangguan belajar dapat dialami anak didik di sekolah. Karena itu, seorang guru haruslah paham beberapa gangguan belajar yang mungkin diderita anak. Jadi tidak semata-mata menyalahkan kondisi mereka, orang tua, atau keluarga yang tidak mau membantu mereka belajar. Jika tidak cermat, guru bisa saja mencap si anak bodoh atau idiot. Padahal kenyataannya, mereka mungkin menderita suatu kelainan yang harus ditangani dengan lebih serius dan sabar. Misalnya disgrafia (dysgraphia).

Disgrafia
Apa yang dimaksud dengan disgrafia (dysgraphia) itu?

Disgrafia adalah suatu kesulitan yang dialami seseorang ketika ingin menuliskan pemikiran mereka ke dalam bentuk bahasa tulis (tulisan). Penderita disgrafia juga memiliki kelemahan dalam hal koordinasi motorik halus pada tangan atau jari-jari mereka yang tentu sangat penting untuk kemampuan menulis mereka. Gangguan ini mungkin jika tidak teramati dengan jeli, bisa dikira guru sebagai suatu kelemahan biasa yang dialami anak karena kurang belajar menulis. Karena malas atau bodoh. Padahal sejatinya, anak-anak atau siswa ini memang mengalami gangguan khusus yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lainnya. Akibatnya, anak-anak dengan gangguan disgrafia semakin sulit belajar karena keadaannya itu.

Sebagai anak berkebutuhan khusus, para penderita disgrafia sebenarnya bukanlah anak yang malas atau bodoh, walaupun jika kondisi dibiarkan atau tidak terdeteksi tentu akan membuat mereka menjadi frustasi dan menjadi malas. Pada akhirnya tertinggal kesempatan belajarnya dibanding kawan-kawannya yang lain akibat hambatan dalam menulis ini.

Anak-anak disgrafia biasanya dapat berbicara dengan normal sebagaimana anak-anak lain. Hal ini membedakan mereka dengan anak-anak dengan kemampuan intelektual yang lebih rendah. Beberapa anak dengan disgrafia malah tampak tekun dan rajin belajar. Mereka hanya kesulitan menulis. Itu saja.

Bagaimana Cara Mendeteksi Anak dengan Disgrafia di Kelas?

Anak-anak yang mengalami disgrafia dapat dibedakan dari anak-anak lainnya dengan cara melakukan pengamatan secara seksama. Ini tidak mudah jika si guru tidak atau kurang aware dengan keadaan murid murid di kelas yang diampunya.

Seringkali anak-anak dengan kelainan disgrafia mempunyai kemampuan verbal yang sangat bagus. Mereka pandai berbicara (berbahasa secara lisan). Akan tetapi, ketika mereka diminta menulis, maka tampaklah bahwa mereka merupakan anak-anak berkebutuhan khusus (childreen with special need). Tulisan mereka seringkali tanpa tanda baca. Ada kosa kata yang hilang, atau huruf-huruf yang hilang, terbalik, tertinggal, dan semacamnya. Ketika mereka diminta menulis, maka tulisan mereka tampak kacau balau. Ini tentu saja sangat mencolok berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam hal lainnya yang normal-normal saja.

Kadangkala, pola tulisan mereka juga tidak beraturan. Kadang-kadang mereka menulis dengan miring ke kiri, sesekali miring ke kanan atau tegak. Mereka berbicara sendiri saat menulis dan prosesnya sangat lambat jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Selain itu mereka juga seringkali tidak memberikan spasi antarkata sehingga kalimat yang ditulis menjadi satu kesatuan yang sulit dibaca, apalagi jika ada kata yang tidak ditulis atau huruf yang tidak ditulis.

Guru dapat memperhatikan bagaimana cara anak disgrafia memegang pensil. Ketidaklenturan kemampuan motorik halus mereka untuk menulis terlihat jelas dari cara mereka memegang pensil atau pulpen. Akibatnya tulisan mereka lebih jelek dari tulisan anak anak lainnya. Memang banyak ahli menganggap bahwa disgrafia dapat terjadi karena trauma kepala yang menyebabkan saraf-saraf yang bekerja untuk motorik halus tangan mengalami gangguan. Trauma pada bagian kepala yang mengenai saraf-saraf ini dapat disebabkan oleh penyakit atau benturan yang mengakibatkan kerusakan pada bagian saraf kepala bagian kiri - depan yang berhubungan dengan kemampuan menulis seseorang. Disgrafia ini jika tidak ditangani dengan serius dapat berlanjut bahkan hingga anak menjadi dewasa. Ini tentu sangat fatal karena mereka akan mengalami kesulitan ketika berada di tengah-tengah masyarakat dan dunia kerja.

Ketika penanganan anak dengan disgrafia cepat dan tepat dilakukan, maka dengan demikian, guru telah menolong mereka mengatasi masalah (yang bisa saja menjadi masalah utama) dalam belajar mereka. Strategi yang tepat dan dilakukan sejak dini ketika terdeteksi akan membantu anak bebas dari disgrafia. Ini akan membantu mereka terlepas dari keputusasaan karena hambatan dalam menulis yang merupakan sebuah modality penting untuk proses belajar seseorang.

Baca Juga:

Deep Learning dalam Pembelajaran

Apa Tujuan Deep Learning?

Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan menengah, Bapak Abdul Mu'ti, deep learning bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih menenyangkan dan lebih bermakna bagi siswa. Deep learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran sehingga dengan penerapannya di kelas-kelas diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat (peningkatan kapasitas belajar). Deep learning bukan kurikulum sebagaimana banyak orang telah salah menangkap apa yang disampaikan oleh Abdul Mu'ti di awal jabatannya sebagai mendikdasmen. Jadi sampai saat ini kurikulum yang berlaku di sekolah-sekolah masih Kurikulum Merdeka dan tentu masih dalam pengkajian apakah perlu perubahan atau tidak. Jika ada perubahan, bagian-bagian mana yang perlu dirubah haruslah melalui pengkajian dan evaluasi terlebih dahulu. Deep learning harus dilaksanakan dalam cakupan materi yang sempit agar siswa dapat mengekplorasi secara mendalam konsep-konsep yang sedang dipelajarinya.

Deep Learning menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti
Deep Learning? Apa yang dimaksud pendekatan deep learning?

Apa Saja 3 Elemen (Pilar) Deep Learning itu (Pembelajaran Mendalam)?

Tiga elemen deep learning adalah Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning.

# Apa yang Dimaksud dengan Mindful Learning (Pembelajaran Berkesadaran Penuh)?

Mindful learning artinya pembelajaran diberikan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai karakteristik/latar belakang siswa yang berbeda-beda. Pencetus Mindful Learning adalah Ellen J. Langer adalah seorang psikolog dari Amerika. Menurut Langer, pembelajaran harus terjadi dengan kesadaran penuh dari pebelajar (siswa), bahwa konteks dan sifat informasi yang selalu berubah-ubah. Pembelajaran tanpa kesadaran penuh akan berbuah kegagalan.

# Apa yang Dimaksud dengan Meaningful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)?

Meaningful learning dimaksudkan agar dalam pembelajaran guru dapat mendorong siswa untuk berpikir dan lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Pencetus meaningful learning adalah David Paul Ausubel, seorang psikolog dari Amerika (25 Oktober 1918 - 9 Juli 2008). Teeori belajar meaningful learning sering disebut juga Teori Ausubel. David Ausubel menekankan pentingnya pembelajaran bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum pembelajaran dimulai. 

# Apa yang Dimaksud dengan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)?

Joyful learning dimaksudkan agar siswa mengalami pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga membuat mereka terus termotivasi untuk belajar. Di dalam pembelajaran yang menyenangkan siswa memiliki kesempatan untuk mengalami kejutan emosi yang menyenangkan, memupuk rasa ingin tahu mereka, sambil berinteraksi dengan konten yang bermakna melalui komunitas teman sekelas dan guru yang mendukung.

Jadi melalui pendekatan deep learning ini diharapkan siswa akan dapat mendapatkan pemahaman bermakna dan mendalam terhadap berbagai konsep. Melalui pendekatan deep learning, siswa akan mempunyai kesempatan untuk berkolaborasi, menghubungkan teori dengan dunia nyata (real life world). Dalam pendekatan pembelajaran deep learning guru seharusnya dapat memberdayakan siswa untuk berpikir lebih dalam dan memecahkan masalah-masalah, berpikir kreatif dan kritis.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...