Memiliki Kemampuan Pedagogik
Saat saya kuliah di fakultas 
keguruan dan ilmu kependidikan saya sadar bahwa saya sedang disuguhkan 
beragam mata kuliah yang akan menyiapkan saya untuk menjadi guru dengan 
kemampuan pedagogik yang baik. Dan, ternyata kemampuan pedagogik inilah 
yang membuat (sebut saja) Pak Dani menjadi begitu efektif mengendalikan 
beragam kegiatan pembelajaran di kelas. Masa-masa di SMA adalah masa 
yang penuh gejolak emosi pada setiap siswanya. Saya rasa tidak mudah 
mengendalikan siswa-siswa SMA agar tetap berada dalam jalur 
pembelajaran. Tetapi di kelas, Pak Dani yang merupakan seorang guru 
Sejarah itu mampu mengatasi beragam tingkah polah kami. Beberapa siswa 
(laki-laki) seringkali berbuat keributan dan 
mencoba mengganggu pembelajaran yang difasilitasi oleh beliau, akan 
tetapi Pak Dani di mata saya selalu mampu mengatasinya. Kini, saya 
meyakini bahwa apa-apa yang beliau ambil sebagai tindakan dalam 
mengatasi tingkah polah mereka itu selalu berlandaskan pada ilmu 
psikologi pendidikan (pedagogik) yang beliau kuasai dengan mantap. 
Penguasaan keterampilan dan pengetahuan pedagogik akan mampu membuat 
guru memilih tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi
 beragam tingkah polah anak di dalam kelas, sembari tetap melaksanakan 
tugas utamanya, yaitu memfasilitasi seluruh siswa untuk belajar. Jadi 
penting dan amat utama bagi seorang guru untuk menguasai kemampuan 
pedagogik.
Saya pernah memiliki seorang guru 
yang selalu tampil di depan kelas dengan sempurna, apapun teknik 
mengajar yang digunakannya. Semua peralatan dan bahan-bahan telah 
disiapkan dengan baik, tersusun dengan rapi dan siap digunakan saat 
digunakan pada sekuen pembelajaran yang bersesuaian. Ibu Tjandra-kita 
sebut saja demikian, guru mata pelajaran Kesenian selalu telah 
menyiapkan segala sesuatunya, sehingga ia tidak pernah tampak kerepotan 
dengan beragam alat dan bahan yang digunakannya. Ia mempunyai wadah 
berbentuk box plastik yang berisi segalanya (terkesan demikian). Ia 
biasa mengambil barang-barang yang dibutuhkannya dari sana, dan ia 
seringkali menentengnya ke dalam kelas kami, alih-alih membawa tas sebagaimana guru lain. Kalau sekarang saya mengingat 
beliau, maka otomatis juga akan terbayang Dora The Explorer dengan 
ranselnya, atau Doraemon dengan kantong ajaibnya. Sepengetahuan saya, 
box itu selalu berganti-ganti isinya, ada kertas-kertas, ada gunting, 
ada kuas, atau krayon dan pensil warna. Kadang-kadang kita juga dapat 
menemukan jarum beraneka bentuk dan benang-benang wol beberapa gulung 
dengan warna-warni berbeda. Saya yakin beliau selalu menyiapkan alat dan
 bahan untuk pembelajarannya dan menaruhnya di dalam kotak ajaib itu. Bu
 Tjandra tentunya adalah sosok guru yang selalu melakukan perencanaan 
dan persiapan mengajar yang baik. Kalau tidak, tentunya dengan berbagai 
macam alat dan bahan yang dibutuhkan untuk 
pembelajaran ia akan bolak-balik ke ruang guru untuk mengambil alat atau
 bahan yang tercecer (ha..ha.... Sebagaimana saya sesekali waktu apabila
 persiapan mengajar saya kurang cermat). Bila kita mendiskusikan tentang
 persiapan mengajar maka tentunya harus juga membicarakan perencanaan 
mengajar. Secara profesional, guru harus menyiapkan perencanaan (RPP) 
dengan baik sehingga ia kemudian dalam melaksanakan pembelajaran di 
kelasnya dengan efektif.
Modifikasi Teknik Mengajar Melalui 
Refleksi Secara Kontinyu
Jika mengenang siapa guru saya yang
 paling menarik dan bervariasi teknik dan cara mengajarnya, maka saya 
pasti akan menyebut Pak Muhammad. Beliau memang luar biasa. Setiap anak 
di kelas kami (waktu itu saya duduk di kelas 5 SD dan beliau mengajar 
IPA) selalu menantikan kehadiran beliau. Mengapa demikian? Karena cara 
mengajar beliau tidak pernah membuat kami bosan. Ada-ada saja teknik 
mengajar beliau yang baru dan diperkenalkan kepada kami. Saya ingat, 
kami pernah dibuat berkompetisi secara beregu dengan membuat kelompok 
belajar lalu mengadakan lomba cerdas cermat (seperti tayangan acara TVRI
 jaman dulu, di mana setiap regu terdiri dari 3 orang) dan berlomba menjawab soal-soal singkat yang beliau bacakan secara 
berebutan. Di lain waktu beliau mengajar IPA dengan hanya bercerita 
saja. Beliau meminta kami duduk melingkar di depan kelas dan mengambil 
posisi yang paling kami sukai, lalu beliau duduk di kursi di 
tengah-tengah kami dan mulai bercerita tentang bagaimana terjadinya 
pelangi. Beliau menyelipkan beragam mitos dan legenda tentang pelangi di
 antara uraian ilmiah terjadinya pelangi dan mengaitkannya dengan 
kebesaran Sang Pencipta. Saya ingat, betapa kami terkagum-kagum saya 
beliau membuat pelangi di dinding kelas yang berwarna putih dengan 
membiaskan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kelas dengan 
sebuah semprotan air yang membentuk 
butiran-butiran lembut air (seperti embun) di udara. Pak Muhammad memang
 luar biasa. Saya yakin kemampuan Pak Muhammad menguasai beragam teknik,
 metode, atau pendekatan mengajar didapat melalui keuletannya sebagai 
guru untuk selalu berusaha mencari cara-cara baru dalam mengajar. Ia 
harus selalu memodifikasi teknik mengajarnya dan membuat kami 
menunggu-nunggu kejutan apa yang akan disajikan di saat ia masuk ke 
kelas kami pada pertemuan berikutnya. Dan, penguasaan beragam teknik 
yang mumpuni itu tentunya hanya dapat diraih dengan melakukan refleksi 
secara berkelanjutan (kontinyu) untuk terus melakukan perbaikan. Pak 
Muhammad, saya selalu ingin menjadi guru idola sepertimu. 
Hujan rintik-rintik di luar mulai berhenti. Menyenangkan juga 
mengenang kembali guru-guru hebat saya sewaktu sekolah dulu. Dan, ada 
keinginan yang sangat kuat untuk menjadi seperti mereka: guru efektif 
dengan karakteristik-karakteristik hebat.

No comments :
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar di http://novehasanah.blogspot.com
Komentar anda adalah apresiasi bagi kami, karena itu berkomentarlah dengan sopan.
Mohon untuk tidak meninggalkan link aktif pada kolom komentar.